Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
Batch pertama di bawah kontrak sudah dikirim ke Ankara dengan transportasi udara pada Juli 2019. Kesepakatan itu juga berupa transfer sebagian teknologi produksi ke Turki.
Turki adalah negara anggota NATO pertama yang membeli sistem rudal pertahanan udara semacam itu dari Rusia.
Tapi, keputusan Turki membeli sistem rudal permukaan-ke-udara S-400 buatan Rusia telah menyebabkan reaksi negatif yang tajam dari AS dan NATO, dengan Washington tidak pernah berhenti untuk menekan Ankara agar membatalkan rencananya itu.
Karena Turki belum juga menyerah pada tekanan, AS telah mengeluarkan Turki dari program pengembangan jet tempur siluman F-35 generasi kelima.
Baca Juga: Sukses, Turki uji rudal sistem pertahanan anti-pesawat S-400 buatan Rusia
AS juga mengancam Turki dengan sanksi sepihak atas pembelian sistem pertahanan udara S-400, namun tidak terburu-buru untuk mengambil langkah-langkah ini karena takut akan memburuknya hubungan dengan sekutu utama NATO.
S-400 Triumf, NATO menjulukinya SA-21 Growler, adalah sistem rudal permukaan-ke-udara jarak jauh dan menengah terbaru buatan Rusia yang mulai beroperasi pada 2007.
Sistem ini dirancang untuk menghancurkan pesawat, kapal, dan rudal balistik, serta juga dapat digunakan meluluhlantakkan instalasi darat. S-400 dapat menyerang target pada jarak hingga 400 km dan ketinggian sampai 30 km.