Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
Sementara itu, Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva menolak menghubungi Trump secara langsung, namun membuka jalur diplomatik di tingkat kabinet untuk menegosiasikan penurunan tarif sebesar 50%.
Perdana Menteri India Narendra Modi pun menyatakan tidak akan mengorbankan kepentingan petani demi kesepakatan tarif.
Modi dijadwalkan mengunjungi China untuk pertama kali dalam tujuh tahun, yang disinyalir sebagai langkah untuk menyusun tanggapan bersama BRICS terhadap kebijakan tarif AS.
Ancaman Baru dan Kenaikan Harga Domestik
Kebijakan tarif Trump juga mencakup bea masuk sektoral atas alasan keamanan nasional untuk barang seperti semikonduktor, farmasi, otomotif, baja, aluminium, tembaga, dan kayu. Trump mengisyaratkan bahwa tarif mikrochip bisa mencapai 100%.
China berada dalam skema tarif terpisah dan akan menghadapi potensi tarif tambahan pada 12 Agustus, kecuali ada kesepakatan perpanjangan gencatan senjata dagang. Trump juga mempertimbangkan mengenakan tarif atas pembelian minyak Rusia oleh Tiongkok.
Baca Juga: Donald Trump: Saya Memimpin Negara dan Dunia
Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick menyatakan bahwa tarif akan menghasilkan pemasukan negara sekitar US$ 50 miliar per bulan. Atlantic Institute memperkirakan bahwa kebijakan ini akan mendorong tarif rata-rata AS menjadi sekitar 20%, naik drastis dari 2,5% saat Trump mulai menjabat.
Namun, data Departemen Perdagangan menunjukkan bahwa tarif menyebabkan kenaikan harga barang seperti kendaraan dan produk rekreasi, serta menambah beban biaya bagi perusahaan besar seperti Caterpillar, Marriott, Molson Coors, dan Yum Brands.
Toyota, misalnya, memperkirakan kerugian hampir US$ 10 miliar akibat tarif mobil impor, dan telah memangkas proyeksi laba tahunannya sebesar 16%.
Baca Juga: Trump Tunda Kebijakan Tarif Impor Selama 90 Hari, Ini Alasannya
Sementara itu, perusahaan Jepang lainnya seperti Sony dan Honda menyatakan dampak tarif berkurang setelah tercapainya kesepakatan bilateral dengan AS.