Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi
“Ini adalah pertama kalinya kapal perusak Taiyuan dan fregat Jingzhou memulai misi ini. Karena itu, selalu tepat untuk pemula seperti dua kapal tempur ini untuk mendapatkan lebih banyak paparan pelatihan laut jauh dalam perjalanan ke penyebaran operasional di Teluk,” kata Koh.
“Satu-satunya konteks yang berbeda kali ini adalah perkembangan Laut China Selatan baru-baru ini, oleh karena itu memberikan makna baru bagi Spratly. Beijing jelas berniat melenturkan ototnya pada kesempatan penempatan gugus tugas ini untuk menegaskan klaimnya terhadap apa yang dilihatnya sebagai campur tangan AS di daerah tersebut,” ungkap dia.
Baca Juga: Hubungan China-Australia di ujung tanduk, penyebabnya saling tuduh soal corona
Sementara Song Zhongping, seorang komentator urusan militer yang berbasis di Hong Kong, mengatakan perompak mungkin melihat pandemi Covid-19 sebagai kesempatan untuk menyerang kapal, dan kemampuan dukungan pengawalan yang kuat diperlukan oleh China.
Pembajakan bukan satu-satunya ancaman. Song mengatakan, China menghadapi risiko serangan yang disponsori negara terhadap kapal-kapalnya, merujuk pada seruan pensiunan perwira militer AS untuk penggunaan prajurit untuk memerangi agresi China di laut.
“Armada pengawal angkatan laut China mungkin juga perlu menanggapi ancaman yang disponsori negara yang dihadapi kapal-kapal Tiongkok. Ini berarti harus ada tuntutan pelatihan yang lebih ketat pada armada angkatan laut kita,” katanya.
Baca Juga: Laporan intelijen: Skenario terburuk, China harus siap konfrontasi senjata dengan AS