kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tentara Ukraina Akui Kesulitan Mengoperasikan Peralatan Militer Canggih dari Barat


Rabu, 08 Juni 2022 / 14:14 WIB
Tentara Ukraina Akui Kesulitan Mengoperasikan Peralatan Militer Canggih dari Barat
ILUSTRASI. Seorang prajurit Ukraina berdiri di samping sistem peluncuran roket ganda BM-21 Grad.


Sumber: New York Times | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - KHERSON. Bantuan persenjataan canggih dari Barat ternyata memberikan tantangan baru bagi para tentara Ukraina yang belum terlatih. Kondisi ini akan membuat militer Ukraina membutuhkan waktu persiapan yang lebih lama.

Sersan Junior Dmytro Pysanka mengaku, tidak ada tentara Ukraina yang mampu menggunakan penentu jangkauan berteknologi tinggi (JIM LR) yang dipasok AS lebih dari sebulan lalu. 

Menurut Pysanka, para tentara Ukraina butuh waktu lama untuk membiasakan diri dengan senjata-senjata canggih tersebut.

"Mereka seperti diberi iPhone 13 dan hanya bisa menggunakannya untuk menelepon," kata Pysanka menggambarkan kemampuan pasukannya.

Baca Juga: Rusia: Penggunaan Senjata Jarak Jauh Justru akan Merugikan Ukraina

Dilansir dari New York Times, para tentara Ukraina saat ini terbiasa menggunakan meriam anti-tank tua yang dibuat pada tahun 1985. Melatih tentara dengan teknologi baru kini menjadi tantangan yang berat di masa perang.

Alat JIM LR bisa melihat target di malam hari dan mengirimkan jarak, arah kompas, dan koordinat GPS mereka. Rotasi tentara yang sering terjadi membuat pengoperasian alat tersebut menjadi tidak maksimal. 

Baca Juga: Setelah Roket Jarak Menengah, AS Kini Berencana Mengirim Drone Tempur ke Ukraina

Pysanka pun mengungkapkan, ada kendala bahasa dalam memahami panduan penggunaan peralatan militer yang dikirim sekutu mereka.

"Saya telah mencoba mempelajari cara menggunakannya dengan membaca manual dalam bahasa Inggris dan menggunakan Google Translate untuk memahaminya," ungkap Pysanka.

Memperburuk nasib militer Ukraina

Kondisi tersebut melahirkan kebingungan di tengah tingginya permintaan Pemerintah Ukraina akan senjata canggih dari Barat.

Belakangan, Ukraina rutin meminta rudal anti-tank baru, howitzer, dan roket berpemandu satelit yang dipercaya dapat membuat mereka memenangkan perang.

Baca Juga: Ukraina Segera Terima Sistem Roket M270 dari Inggris, Ini Kemampuannya

Sayangnya, kebutuhan tinggi tersebut tidak diimbangi dengan kemampuan tentara Ukraina dalam mengoperasikannya. Tanpa pelatihan yang tepat, masalah operasional bisa meluas pada skala yang jauh lebih besar.

Menurut Direktur Studi Rusia di lembaga penelitian CNA Michael Kofman, menyediakan senjata tanpa pelatihan yang memadai berisiko melahirkan kegagalan. Hal ini pernah terjadi pada Afghanistan.

Baca Juga: Dampak Perang Ukraina, Interpol Sebut Senjata Ilegal Bakal Menjamur

Afghanistan sempat menerima peralatan militer canggih dari AS namun gagal memanfaatkannya dengan baik, karena kurangnya pemahaman tentang cara perawatan.

"Ukraina sangat ingin menggunakan peralatan Barat, tetapi itu membutuhkan pelatihan untuk memeliharanya," kata Kofman.

Berton-ton senjata Barat telah mendarat di Ukraina sejak invasi Rusia dimulai 24 Februari lalu. Janji-janji pengiriman senjata baru juga terus muncul dari para pendukung seperti AS dan Inggris dalam sepekan terakhir.




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×