Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - BUENOS AIRES. Argentina masih terbelit krisis finansial. Sejumlah analis mengingatkan, Argentina dalam waktu dekat bakal mengulangi default atau gagal bayar utang untuk yang kesembilan kalinya.
Melansir CNBC, prediksi ini terkait dengan langkah Presiden Argentina Mauricio Macri untuk merestrukturisasi utangnya senilai US$ 100 miliar pada pekan ini. Rencana tersebut, yang harus mendapatkan persetujuan Kongres, bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri Argentina di pasar finansial menjelang pemilihan presiden pada akhir tahun nanti.
Baca Juga: Ini Dampak Pelemahan Peso Argentina Pada Kurs Rupiah
Sebagai respon dari kabar tersebut, surat utang pemerintah dan nilai tukar peso yang sangat sensitif didera aksi jual. Pelaku pasar menilai, proposal yang diajukan Macri tidak cukup untuk mengatasi masalah finansial Argentina yang akut.
Sebelumnya, Standard & Poor's (S&P) juga mengumumkan pihaknya telah memangkas peringkat utang jangka panjang Argentina sebanyak tiga notches ke level junk debt yang paling buruk. CNBC menuliskan, S&P menilai rencana Macri untuk 'secara sepihak' memperpanjang masa jatuh tempo untuk seluruh surat utang jangka pendek merupakan gagal bayar di bawah kriterianya sendiri.
Baca Juga: Kurva imbal hasil US Treasury terbalik, sinyal klasik resesi ekonomi akan datang
Apa yang terjadi di Argentina?
Guncangan resesi terakhir yang mengguncang pasar finansial Argentina dipicu oleh hasil yang mengejutkan dalam polling primer awal bulan ini.
Dalam hasil pemilihan yang dilihat banyak pihak sebagai faktor utama dalam pemilihan presiden yang digelar 27 Oktober mendatang, Macri yang dikenal sebagai pemimpin yang pro bisnis mengalami kekalahan dengan marjin yang cukup jauh dari prediksi melawan pihak oposisi Alberto Fernandez dan mantan pimpinan Cristina Fernande de Kirchner.
Hasil polling primer pada 11 Agustus lalu itu memunculkan keraguan mengenai kemungkinan Macri menang dalam pemilu yang bakal digelar kurang dari 60 hari tersebut.
Analis mengatakan hasil polling menunjukkan warga Argentina sangat marah dengan kebijakan penghematan anggaran Macri.
Hasil polling tersebut dilihat sebagai opini publik menjelang pemili yang relatif akurat. Karena seluruh partai ikut serta dan partisipasi warga merupakan perintah.
"Pemerintah Argentina mencoba menghentikan kondisi ini melalui cadangan devisa negara yang tengah kering," jelas Fiona Macie, regional director untuk Amerika Latin di Economist Intelligence Unit (EIU) seperti yang dikutip CNBC.
Baca Juga: Pelemahan peso Argentina tidak berdampak signifikan terhadap rupiah
Dia melanjutkan, "Ini cukup masuk akal, namun kondisi ini lebih menunjukkan ketidakmampuan membayar utang ketimbang hanya isu likuiditas."
Macri memang meminjam dana dari IMF pada tahun lalu senilai US$ 57 miliar dengan perjanjian dia akan mengimplementasikan kebijakan penghematan untuk mmemangkas besarnya utang negara dan membayar utangnya.