kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.742.000   28.000   1,63%
  • USD/IDR 16.369   27,00   0,16%
  • IDX 6.543   -104,06   -1,57%
  • KOMPAS100 933   -9,09   -0,97%
  • LQ45 732   -6,66   -0,90%
  • ISSI 205   -4,30   -2,05%
  • IDX30 381   -3,16   -0,82%
  • IDXHIDIV20 457   -4,32   -0,94%
  • IDX80 106   -0,96   -0,90%
  • IDXV30 109   -1,29   -1,18%
  • IDXQ30 125   -1,07   -0,85%

Tesla Gandeng Baidu! Jadi Terobosan Besar dalam Sistem Mengemudi Canggih di China


Kamis, 13 Maret 2025 / 19:18 WIB
Tesla Gandeng Baidu! Jadi Terobosan Besar dalam Sistem Mengemudi Canggih di China
ILUSTRASI. Tesla (TSLA.O) terus memperkuat posisinya di pasar kendaraan listrik China dengan menjalin kerja sama strategis bersama Baidu. REUTERS/Sarah Meyssonnier


Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - SHANGHAI/BEIJING. Tesla (TSLA.O) terus memperkuat posisinya di pasar kendaraan listrik China dengan menjalin kerja sama strategis bersama Baidu, salah satu penyedia peta digital terbesar di negara tersebut.

Langkah ini dilakukan setelah pembaruan terbaru sistem bantuan mengemudi canggih Tesla, Full Self-Driving (FSD) Version 13, menghadapi kritik dari pelanggan di China.

Kolaborasi Tesla dan Baidu: Upaya Mengatasi Tantangan di Pasar China

Menurut sumber yang mengetahui kerja sama ini, Baidu kini telah mengirimkan timnya ke kantor Tesla di China untuk mengintegrasikan teknologi navigasi yang lebih akurat ke dalam sistem FSD.

Baca Juga: Elon Musk Pasang Target Ambisius, Gandakan Produksi Mobil Tesla di AS dalam 2 Tahun

Sejumlah insinyur dari tim pemetaan Baidu dikerahkan ke kantor Tesla di Beijing untuk membantu memperbaiki deteksi marka jalan dan sinyal lalu lintas di dalam FSD V13. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman sistem terhadap kondisi jalan di China dengan memanfaatkan data pemetaan yang lebih akurat dan terbaru.

Kendala Regulasi Data di China dan Tantangan Bagi Tesla

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Tesla dalam mengembangkan sistem FSD di China adalah regulasi ketat terkait data jalanan.

Tidak seperti di Amerika Serikat, di mana teknologi Full Self-Driving dapat dilatih menggunakan data yang dikumpulkan dari jutaan kendaraan listrik Tesla di jalan raya, China memiliki regulasi yang mewajibkan penyimpanan data secara lokal serta persetujuan pemerintah sebelum data tersebut dapat dikirim ke luar negeri.

Salah satu sumber yang dekat dengan kerja sama ini menyebutkan bahwa FSD V13 yang dikembangkan Tesla belum memiliki pelatihan yang cukup untuk beradaptasi dengan kondisi jalanan di China.

Hal ini mengakibatkan beberapa kekurangan dalam performa sistem, termasuk kesulitan dalam mengenali rambu-rambu lalu lintas dan marka jalan secara akurat, yang dapat mengakibatkan kesalahan dalam membaca sinyal lalu lintas, bahkan mengarah pada pelanggaran lampu merah jika pengemudi tidak cukup waspada.

Baca Juga: Ramai-Ramai Pemilik Mobil Tesla di AS dan Eropa Ganti Logo jadi Audi Mazda atau Honda

Strategi Tesla di Pasar China dan Peran Baidu

China adalah pasar kendaraan listrik terbesar kedua bagi Tesla setelah Amerika Serikat. Namun, pertumbuhan persaingan yang pesat dari perusahaan lokal seperti BYD mulai mengancam pangsa pasar Tesla di negeri Tirai Bambu. Tahun lalu, pangsa pasar Tesla di segmen kendaraan listrik di China turun dari 11,7% pada 2023 menjadi 60,4%.

Sementara itu, kemitraan dengan Tesla juga menjadi peluang bagi Baidu untuk memperkuat posisinya di bidang navigasi dan kecerdasan buatan (AI). Perusahaan ini menghadapi persaingan ketat dari pemain besar lainnya seperti DeepSeek dan ByteDance, yang juga mengembangkan teknologi AI canggih.

Kontroversi Pembaruan FSD di China

Pada Februari 2025, Tesla merilis pembaruan FSD V13 yang dirancang untuk mengakomodasi sistem navigasi generasi baru dengan fitur navigasi urban yang lebih canggih. Namun, pembaruan ini justru menuai kritik dari pelanggan di China karena tidak beradaptasi dengan baik terhadap kondisi lalu lintas lokal.

Beberapa pengguna melaporkan bahwa FSD V13 mengalami kesulitan dalam membaca marka jalan, mengenali sinyal lalu lintas, dan menyesuaikan diri dengan perilaku berkendara di China. Bahkan, beberapa pengguna menyebutkan bahwa mobil mereka dapat secara tidak sengaja melewati lampu merah jika pengemudi tidak segera merespons perubahannya.

Baca Juga: Donald Trump Beli Tesla S Warna Merah dari Elon Musk, tapi Dilarang Mengendarainya!

Tantangan dalam Teknologi FSD dan Masa Depan Tesla di China

Meskipun Tesla telah mengembangkan FSD berbasis kecerdasan buatan generatif, sistem ini menghadapi kendala dalam beradaptasi dengan kompleksitas lalu lintas China.

Berbeda dengan di AS, di mana AI dapat dilatih secara lokal menggunakan data dari kendaraan Tesla yang telah beroperasi di jalan raya, China memiliki regulasi ketat yang membatasi transfer data ke luar negeri.

Baidu sendiri telah menjadi penyedia peta bagi Tesla sejak 2020 dan mendominasi layanan pemetaan di China. Dengan meningkatnya kebutuhan akan data yang lebih akurat untuk sistem FSD, kemitraan yang lebih dalam antara Tesla dan Baidu diprediksi dapat mempercepat pengembangan teknologi mengemudi otonom di China.

Selanjutnya: Kinerja Antam Naik, DPR RI Minta Kepercayaan Masyarakat Dijaga

Menarik Dibaca: 4 Buah Terbaik untuk Menurunkan Tekanan Darah Tinggi, Baik buat Jantung


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×