Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. Setelah ketegangan perdagangan yang berlangsung bertahun-tahun antara Amerika Serikat dan Tiongkok, kesepakatan gencatan tarif yang dicapai pada akhir pekan di Jenewa kini mulai menunjukkan dampak konkret.
Tesla Inc. akan kembali mengimpor komponen penting dari Tiongkok untuk keperluan produksi Cybercab dan truk listrik Semi di Amerika Serikat mulai akhir bulan ini, menurut sumber terpercaya yang mengetahui langsung kebijakan perusahaan.
Keputusan Strategis Pascagencatan Perang Dagang
Keputusan Tesla ini mencerminkan reaksi cepat sektor industri terhadap relaksasi kebijakan tarif yang diumumkan kedua negara pada Senin lalu. Dalam kesepakatan tersebut, Amerika Serikat dan Tiongkok sepakat untuk menghapus sebagian besar tarif dan tindakan balasan lainnya, membuka kembali pintu kerja sama dagang di tengah iklim ketidakpastian ekonomi global.
Sebelumnya, pada bulan lalu, rencana Tesla untuk mengirim komponen dari Tiongkok sempat dibatalkan setelah pemerintahan Presiden Donald Trump menaikkan tarif barang-barang Tiongkok hingga 145%, sebuah langkah yang hampir menggagalkan target produksi massal kendaraan terbaru Tesla.
Baca Juga: Saham Tesla Melonjak! Kembalikan Kapitalisasi Pasar di Atas US$1 Triliun
Jadwal Produksi dan Target Ambisius Tesla
Berdasarkan laporan sebelumnya dari Reuters, Tesla menargetkan memulai produksi percobaan (trial production) untuk model Cybercab dan Semi pada Oktober 2025, dengan produksi massal dijadwalkan berlangsung pada tahun 2026.
-
Cybercab, kendaraan listrik otonom yang dikembangkan tanpa setir dan pedal, direncanakan akan diproduksi di Texas.
-
Semi, truk listrik komersial Tesla yang telah lama dinanti, akan diproduksi di fasilitas Tesla di Nevada.
Cybercab diharapkan menjadi pionir dalam layanan robotaksi Tesla, dengan harga yang dipatok di bawah US$30.000, menjadikannya kendaraan otonom paling terjangkau di pasar global.
Tesla saat ini tengah dalam proses pengajuan persetujuan dari pemerintah negara bagian di AS untuk mengoperasikan layanan robotaksi berbasis Cybercab.
Dampak Ekonomi dan Politik: Dilema antara Kebijakan dan Kepentingan Industri
Langkah kenaikan tarif oleh Trump awalnya dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan manufaktur domestik, tetapi ironisnya, kebijakan ini justru merugikan sekutunya sendiri, CEO Tesla Elon Musk. Musk secara konsisten mendukung perdagangan bebas dan menentang tarif yang dianggapnya menghambat inovasi dan ekspansi industri.
Dalam panggilan pendapatan kuartal pertama, Musk mengungkapkan bahwa ia telah mendorong Presiden Trump untuk menurunkan tarif, tetapi mengakui bahwa keputusan akhir berada di tangan presiden.
Baca Juga: Tesla Luncurkan Model Y Versi Lebih Murah di AS, Harga Mulai dari US$ 37.490
Hal senada disampaikan oleh Vaibhav Taneja, CFO Tesla, yang menyebut bahwa tarif tinggi menyebabkan penundaan investasi modal, karena peralatan produksi penting—termasuk mesin dan robot industri—masih harus diimpor dari Tiongkok.
Infrastruktur Produksi: Ketergantungan terhadap Komponen dan Teknologi Tiongkok
Tesla selama ini sangat bergantung pada komponen dan peralatan produksi dari Tiongkok untuk memperluas jalur perakitan domestiknya di AS. Banyak sistem penting, mulai dari baterai berkapasitas tinggi, modul sistem otonom, hingga robotika industri, masih belum memiliki alternatif lokal yang setara dalam hal kualitas maupun efisiensi biaya.
Impor kembali komponen ini memungkinkan Tesla untuk mempercepat peluncuran lini kendaraan barunya, sekaligus memenuhi pesanan tertunda dari pelanggan besar seperti PepsiCo, yang telah lama menunggu pengiriman unit truk Semi untuk armada logistik ramah lingkungannya.
Meski gencatan tarif ini menjadi angin segar bagi Tesla dan pelaku industri lain, sumber internal memperingatkan bahwa kondisi ini dapat berubah sewaktu-waktu, mengingat karakter kebijakan Presiden Trump yang sulit diprediksi. Hal ini menciptakan dilema besar bagi perusahaan-perusahaan global dalam merancang strategi rantai pasok jangka panjang mereka.
Tesla sendiri enggan memberikan komentar resmi terhadap perkembangan terbaru ini, yang dinilai masih bersifat sensitif dan berskala strategis.