Sumber: Al Jazeera | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - BANGKOK. Thailand telah memulangkan 18 tentara Kamboja yang menjadi tahanan perang, tiga hari setelah kedua negara menyepakati gencatan senjata baru untuk mengakhiri bentrokan berdarah di perbatasan yang berlangsung selama berminggu-minggu.
Kementerian Pertahanan Nasional Kamboja menyatakan para tentara tiba di wilayah Kamboja pada pukul 10.00 waktu setempat (03.00 GMT) pada Rabu, setelah menjalani 155 hari dalam tahanan Thailand.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Thailand mengonfirmasi pemulangan tersebut, menekankan bahwa tindakan itu dilakukan “sebagai bentuk niat baik dan upaya membangun kepercayaan,” menurut pernyataan resmi.
Proses serah-terima tahanan ini difasilitasi oleh Komite Internasional Palang Merah (ICRC), yang memuji kedua belah pihak atas tercapainya gencatan senjata.
“Pemulangan tahanan perang hari ini memungkinkan keluarga untuk bersatu kembali dan menandai langkah penting dalam mewujudkan komitmen yang tercantum dalam Pernyataan Bersama,” kata Presiden ICRC, Mirjana Spoljaric.
Baca Juga: China: Thailand dan Kamboja Akan Membangun Kembali Kepercayaan Politik Timbal Balik
Ia menambahkan, “Menghormati hukum humaniter internasional, termasuk pemulangan tahanan perang setelah berakhirnya permusuhan aktif, sangat penting untuk membangun kepercayaan antar pihak dan mendukung jalan menuju perdamaian yang langgeng.”
ICRC juga menyebut telah mengunjungi para tahanan empat kali sejak penahanan mereka pada Juli lalu untuk memastikan kondisi mereka sesuai dengan hukum internasional.
Latar Belakang Bentrokan Perbatasan
Bentrokan perbatasan antara Thailand dan Kamboja kembali memanas awal bulan ini, setelah kesepakatan gencatan senjata sebelumnya yang dimediasi Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim pada Juli mengalami kegagalan.
Konflik yang berlangsung selama 20 hari tersebut menewaskan sedikitnya 101 orang dan membuat lebih dari setengah juta orang di kedua negara mengungsi. Bentrokan melibatkan serangan jet tempur, tembakan roket, dan artileri.
Gencatan senjata baru antara Thailand dan Kamboja mulai berlaku pada Sabtu siang (05.00 GMT). Semula, tentara yang ditahan dijadwalkan dipulangkan pada Selasa, namun Bangkok menunda proses tersebut karena dugaan pelanggaran kesepakatan gencatan senjata, yang dibantah oleh Phnom Penh.
Baca Juga: Bentrokan Perbatasan Berakhir, Thailand dan Kamboja Setujui Gencatan Senjata
Upaya Jangka Panjang
Selain pemulangan tahanan, kedua negara sepakat untuk membekukan pergerakan pasukan dan bekerja sama dalam proses penjinakan ranjau di sepanjang perbatasan sengketa sepanjang 800 kilometer.
Secara jangka panjang, Thailand dan Kamboja harus menyelesaikan sengketa perbatasan yang telah berlangsung sejak awal 1900-an, saat Prancis menjajah Kamboja. Konflik serupa juga pernah terjadi antara 2008 hingga 2011.
Perbatasan sengketa tersebut menjadi lokasi tiga candi berusia lebih dari 1.000 tahun yang dibangun oleh Kerajaan Khmer. Candi paling terkenal, Preah Vihear, merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO dan pernah menjadi subjek kasus Mahkamah Internasional pada 1962.
Mahkamah Internasional memutuskan memenangkan Kamboja pada 1962 dan kembali menegaskan keputusan tersebut pada 2013.













