Sumber: Reuters | Editor: Harris Hadinata
KONTAN.CO.ID - BANGKOK/PHNOM PENH. Thailand membebaskan 18 tentara Kamboja, Rabu (31/12). Pembebasan tawanan ini merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang diperbarui.
Menurut pihak berwenang dari kedua negara, kesepakatan gencatan senjata tersebut dicapai oleh kedua negara pada akhir pekan lalu. Kesepakatan ini meredakan ketegangan bentrokan yang mematikan selama berminggu-minggu di perbatasan kedua negara.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja Maly Socheata mengatakan, para tentara tersebut dipindahkan di pos pemeriksaan perbatasan pada pukul 10 pagi waktu setempat pada Rabu (31/12), setelah 155 hari dalam tahanan Thailand.
Baca Juga: Thailand Tunda Pemulangan 18 Tentara Kamboja, Ini Alasannya
Sok Lou, Gubernur Provinsi Battambang Kamboja, menggambarkan para tentara yang kembali sebagai tentara heroik.
Kementerian Luar Negeri Thailand mengatakan para tahanan telah diperlakukan sesuai dengan hukum dan prinsip humaniter internasional selama penahanan.
Sebagai bagian dari kesepakatan untuk menghentikan pertempuran tersebut, Thailand setuju membebaskan 18 tentara yang berada dalam tahanannya jika gencatan senjata berlangsung selama 72 jam. Namun, penyerahan tersebut ditunda satu hari karena Thailand mengajukan tuduhan pelanggaran gencatan senjata oleh Kamboja, yang dibantah oleh Kamboja.
Baca Juga: Konflik Thailand-Kamboja: Sengketa Perbatasan Selama Satu Abad
"Pembebasan dan pemulangan tawanan perang hari ini memungkinkan keluarga untuk bersatu kembali dan menandai langkah penting dalam menerjemahkan komitmen yang diuraikan dalam Pernyataan Bersama menjadi tindakan," kata Mirjana Spoljaric, Presiden Komite Palang Merah Internasional, yang mengawasi penyerahan tersebut.
Thailand dan Kamboja sepakat untuk menghentikan pertempuran pada Sabtu (27/12) siang hari pada pukul 12 waktu setempat. Kesepakatan ini mengakhiri sekitar 20 hari bentrokan yang menewaskan sedikitnya 101 orang dan menyebabkan lebih dari setengah juta warga sipil di kedua belah pihak harus mengungsi.
Bentrokan perbatasan kembali berkobar bulan ini setelah kesepakatan gencatan senjata sebelumnya yang ditengahi oleh Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim gagal. Pertempuran antara kedua negara tersebut melibatkan serangan jet tempur, saling tembak roket, dan serangan artileri.













