kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

The Fed sebut real estate komersial dan bank paling terpukul akibat virus corona


Sabtu, 16 Mei 2020 / 05:49 WIB
The Fed sebut real estate komersial dan bank paling terpukul akibat virus corona
ILUSTRASI. A trader looks on as a screen shows Federal Reserve Chairman Jerome Powell's news conference after the U.S. Federal Reserve interest rates announcement on the floor of the New York Stock Exchange (NYSE) in New York, U.S., July 31, 2019. REUTERS/Brendan Mc


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Federal Reserve mengeluarkan peringatan keras harga saham dan aset lainnya dapat mengalami penurunan signifikan jika pandemi virus corona semakin meluas. Fed memperkirakan, pasar real estate komersial menjadi salah satu industri yang paling terpukul.

The Fed dalam laporan stabilitas keuangan yang dirilis dua kali setahun seperti dikutip Bloomberg menyebutkan, potensi risiko sistem perbankan Amerika Serikat dan ekonomi secara luas. Dokumen tersebut menyoroti perlombaan bank sentral untuk intervensi pasar dan regulasi untuk memperbaiki perusahaan keuangan dalam menanggapi krisis Covid-19.

Baca Juga: Setelah 7 pekan lockdown di Amerika, Fed punya peringatan yang lebih suram

"Harga aset rentan turun signifikan karena efek pandemi yang tidak terduga dan kejatuhan ekonomi bisa lebih buruk," tulis The Fed dalam laporan tersebut. Fed juga menulis, real estate komersial akan menjadi sektor paling rentan terhadap penurunan penilaian karena harga yang relatif tinggi bahkan terlihat sebelum pandemi. Ini efek dari kejatuhan industri perhotelan dan ritel.

Tinjauan tersebut juga menemukan bahwa harga properti komersial dan lahan pertanian sangat rentan untuk jatuh. Sebab pendapatan cukup terganggu karena pandemi virus corona Covid 19.  

Penutupan ekonomi global secara tiba-tiba memicu ketidakpastian di pasar keuangan. Perdagangan surat berharga berubah menjadi obligasi sampah (junk bond). Harga saham juga anjlok dalam. Tapi pasar tetap tenang karena The Fed membanjiri sistem keuangan dengan likuiditas. 

Baca Juga: Prediksi Kurs Rupiah: Tertekan Gelombang Kedua Corona

Gubernur The Fed Jerome Powell dalam pidatonya minggu ini mengatakan, ekonomi masih menghadapi risiko yang belum pernah terjadi sebelumnya, maka pembuat kebijakan fiskal dan moneter tidak terus bertindak. "Dukungan fiskal tambahan memang mahal, tetapi ini sepadan jika untuk membantu dan menghindarkan pada kerusakan ekonomi jangka panjang. Sehingga membuat kami bisa pulih dan lebih kuat," kata Powell dalam sambutannya untuk acara virtual yang diselenggarakan oleh Peterson Institute for International Economics.

Dalam upaya melindungi ekonomi terhadap kerusakan akibat krisis virus corona, The Fed telah memangkas suku bunga jangka pendek efektif menjadi nol. The Fed juga membeli sekitar US$ 2 triliun surat berharga dan sekuritisasi aset berbasis hipotek. The Fed juga mengumumkan sembilan program pinjaman darurat, lima di antaranya telah aktif. 

The Fed juga menyalurkan ratusan miliar dollar AS ke bank sentral asing melalui jalur swap dan pembelian surat berharga sementara. The Fed juga telah melonggarkan beberapa aturan untuk mendorong industri perbankan untuk meningkatkan pinjaman ke rumahtangga dan bisnis yang lumpuh akibat pandemi virus corona. 

Baca Juga: Trump ancam kenakan pajak baru ke perusahaan yang produksi di luar AS

"Intervensi awal yang kuat telah efektif dalam mengatasi tekanan likuiditas, tetapi kami akan memantau dengan cermat tekanan solvabilitas di antara para peminjam yang sangat berpengaruh, dan seberapa lama pandemi Covid berlanjut," kata Gubernur Lael Brainard dalam sebuah pernyataan seperti dikutip Bloomberg Jumat (15/5).

Beberapa dana lindung nilai juga terpengaruh dan berkontribusi terhadap dislokasi pasar. "Beberapa dana lindung nilai besar dengan leverage yang tidak proporsional dapat memiliki efek outsize, karena mereka mungkin harus menjual aset dalam jumlah besar untuk memenuhi margin call atau mengurangi risiko portofolio selama periode tekanan pasar," kata laporan itu. 

Baca Juga: Pimpinan Fed kirim pesan jelas: Suku bunga negatif tidak masuk akal

"De-leveraging seperti itu mungkin berkontribusi pada kondisi likuiditas yang buruk di pasar keuangan pada bulan Maret," tulis The Fed dalam kajian. Laporan itu juga menyoroti bahaya pasar kredit dengan leverage tinggi. Kemerosotan mungkin menjadi berita buruk bagi bank yang terikat dengan kesepakatan dan kewajiban yang dijamin serta memegang banyak pinjaman.

"Default pinjaman naik pada bulan Februari dan Maret, dan kemungkinan terus meningkat tergantung pada jalur ekonomi," kata laporan itu.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×