Sumber: Reuters | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - JAKARTA- Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Selasa (16/9) mengumumkan tercapainya kesepakatan antara Washington dan Beijing terkait kelanjutan operasional aplikasi TikTok di Amerika Serikat.
Kesepakatan itu membuka jalan bagi transfer aset TikTok di Amerika kepada pemilik baru dari AS, sekaligus berpotensi mengakhiri ketegangan yang sudah berlangsung hampir setahun.
Trump menyatakan ada sejumlah perusahaan besar yang siap mengambil alih kepemilikan TikTok. “Kami sudah punya kesepakatan. Ada kelompok perusahaan besar yang ingin membelinya,” kata Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih, tanpa memerinci detail.
Pengumuman ini datang sehari sebelum tenggat 17 September yang menentukan apakah TikTok harus dijual atau ditutup.
Baca Juga: Trump Klaim Ada Pembeli TikTok di AS, Drama Hampir Setahun Berakhir
Menurut sumber yang dikutip Reuters dan CNBC, kesepakatan baru ini mirip dengan rancangan pada April lalu. ByteDance, induk TikTok asal China, masih akan memegang saham terbesar dengan porsi 19,9%—tepat di bawah ambang batas hukum 20%. Selebihnya akan dikuasai oleh investor Amerika. TikTok, yang memiliki 170 juta pengguna di AS, akan dipisahkan ke dalam perusahaan baru berbasis di Amerika.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan syarat komersial sebenarnya telah rampung sejak Maret lalu, hanya menyisakan detail teknis. “Kesepakatan ini tak akan berjalan tanpa adanya perlindungan keamanan nasional AS. Namun tampaknya juga bisa memenuhi kepentingan China,” ujarnya kepada CNBC.
CNBC melaporkan, finalisasi kesepakatan diperkirakan rampung dalam 30–45 hari mendatang. Investor lama di ByteDance akan tetap terlibat, bersama investor baru dari AS. Oracle tetap dipertahankan sebagai mitra penyedia layanan cloud TikTok untuk memastikan keamanan data pengguna Amerika.
Baca Juga: AS dan China Capai Kesepakatan Kerangka TikTok, Trump dan Xi Akan Bicara Jumat
Kronologi Perseteruan AS–China soal TikTok
- 2020: Pemerintah Amerika Serikat pertama kali mengumumkan ancaman larangan TikTok, dengan alasan kekhawatiran keamanan nasional karena data pengguna AS dianggap rentan diakses pemerintah China.
- 2021–2023: Polemik mereda di era Presiden Joe Biden, tetapi Kongres tetap mendorong legislasi yang mengatur pemisahan TikTok dari ByteDance.
- 2024: Kongres yang dikuasai Partai Republik meloloskan UU yang mewajibkan divestasi TikTok dalam jangka waktu tertentu, dengan alasan ancaman spionase dan potensi operasi pengaruh Beijing.
- 2024–2025: Trump, yang kembali berkuasa, menunda penerapan UU tersebut hingga tiga kali. Ia mengakui peran TikTok dalam kampanye politiknya dan bahkan meluncurkan akun resmi Gedung Putih.
- Tarif & Tekanan Politik: Rencana akuisisi sempat tertunda setelah China menolak menyetujui kesepakatan karena Trump mengumumkan tarif baru terhadap barang impor asal China.
- Maret 2025: Trump menyebut ada empat pihak yang berminat membeli TikTok, termasuk Microsoft, Amazon, konglomerat Frank McCourt, serta konsorsium yang dipimpin pendiri OnlyFans.
- September 2025: Kesepakatan dicapai, dengan Oracle dan sejumlah investor Amerika dipastikan mengendalikan operasional TikTok di AS.
Kesepakatan final dijadwalkan akan diumumkan usai pembicaraan telepon antara Trump dan Presiden China Xi Jinping pada Jumat (19/9). Jika benar terealisasi, hal ini bisa menjadi titik balik dalam hubungan ekonomi kedua negara yang sejak lama tegang akibat perang dagang, tarif impor, hingga isu keamanan digital.