Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Ada sebuah perintah yang dinilai tidak biasa oleh sejumlah pengamat. Pada akhir Mei lalu, Presiden China Xi Jinping memerintahkan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) untuk mempersiapkan perang meskipun ancaman Covid-19 belum jelas berakhir.
Melansir India Today, Xi Jinping, seperti dikutip kantor berita pemerintah Xinhua, mengatakan, "Sangat penting untuk mengeksplorasi cara-cara pelatihan dan persiapan perang karena upaya pengendalian epidemi telah dinormalisasi."
Dia menambahkan, "Sangat penting untuk meningkatkan persiapan untuk pertempuran bersenjata, untuk secara fleksibel melaksanakan pelatihan militer tempur yang sebenarnya, dan untuk meningkatkan kemampuan militer kita untuk melakukan misi militer," kata Xi Jinping di sela-sela sidang Kongres Rakyat Nasional (NPC), parlemen nasional China, yang berlangsung selama sepekan.
Baca Juga: Serang India, analis: Xi Jinping putus asa untuk tidak terlihat lemah
Hal ini mengikuti keputusan untuk meningkatkan anggaran militer China sebesar 6,6% menjadi US$ 178 miliar dari alokasi tahun lalu.
Titah Xi Jinping agar militer China siap berperang dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan dengan India di wilayah Ladakh dan Sikkim, dan juga di tiga-persimpangan Lipulekh dengan Nepal.
Baca Juga: Boikot produk Tingkok menggema, India bukan tandingan China dalam perang dagang
Pada saat itu, situasi di sepanjang Garis Kontrol Aktual (LAC) di Ladakh sangat tegang. Prajurit India dan China terjebak dalam ketegangan di Lembah Galwan, Pangong Tso, Demchok dan Daulat Beg Oldie.
India Today melaporkan, ketegangan dimulai pada 5 Mei, ketika sekitar 250 tentara dari pihak India dan China terlibat dalam pertempuran. Lebih dari dua hari, sekitar 100 tentara dari kedua belah pihak mengalami luka-luka.
Laporan juga menyatakan bahwa Tiongkok telah "menahan" beberapa tentara India selama beberapa jam. Kedua belah pihak sepakat untuk melepaskan diri setelah pertemuan antara komandan setempat.
China telah menentang pembangunan India di pihaknya dari LAC, menyebutnya sebagai pelanggaran terhadap perjanjian untuk mempertahankan status quo di wilayah tersebut sampai masalah batas diselesaikan. Tiongkok mengklaim sebagian Ladakh sebagai wilayahnya sendiri. China menduduki Aksai Chin selama perang 1962 dan sejak itu menolak untuk mengosongkannya.
Baca Juga: Pejabat India klaim setidaknya 40 tentara China meninggal saat bentrok di perbatasan
India sedang melakukan kegiatan pembangunan jalan dan pembangunan infrastruktur di desa-desa dekat LAC sebagai pekerjaan pembangunan dan juga untuk meningkatkan posisi strategisnya. China telah membangun infrastruktur berat di sisi lain LAC.
Pertempuran meletus lagi
Akhirnya, pertempuran kedua negara meletus lagi pada Senin (15/6) malam antara pasukan China dan India di tebing curam di sepanjang perbatasan yang kedua negara sengketakan di wilayah Pegunungan Ladakh menjadi kekerasan terburuk dalam 45 tahun terakhir.
Baca Juga: Mengintip kekuatan persenjataan militer India vs China siapa lebih dominan?
Melansir The Guardian, penyerangan yang dilakukan oleh tentara Tiongkok tehadap pasukan patroli India tidak menggunakan senjata. Hal ini ditujukan untuk mengurangi kemungkinan sengketa teritorial yang sudah lama berkobar menjadi perang terbuka.
Sejumlah media India melaporkan, Tentara Pembebasan Rakyat China telah membendung aliran sungai dari gunung, yang kemudian akan mereka buka kembali blokirannya ketika pasukan India mendekat. Aliran air tersebut membuat banyak pasukan India terjatuh. Di situlah kemudian serdadu China menyerang. Mereka mengacungkan tongkat dengan paku.
Kedua pasukan bertempur satu sama lain selama berjam-jam. Sejumlah pasukan India terjatuh dari lereng gunung hingga akhirnya tewas. Ketika pertempuran berakhir, setidaknya 20 tentara India menjadi korban, puluhan lainnya terluka dan beberapa ditawan. China juga mengalami kerugian, meskipun belum mengungkapkan angka.
Baca Juga: Militer India vs China tawuran di lereng Himalaya ini perbandingan kekuatannya
Mengutip The Guardian, konsensus rapuh yang disepakati selama hampir setengah abad juga ikut mati. Sebelum pertempuran minggu lalu, tidak ada tentara dari kedua pihak yang tewas dalam pertempuran di perbatasan selama 45 tahun.
Dilihat dari sejarahnya, China dan India bertempur di perbatasan pada tahun 1962, dan bentrok lagi pada tahun 1967. Akan tetapi, kedua belah pihak berupaya ingin menghindari insiden yang bisa mengarah ke perang terbuka.
Baca Juga: Konflik dengan China, PM Modi: Seluruh negara terluka dan marah!
Terkait kejadian ini, banyak pihak yang bertanya-tanya tentang apa niat Xi Jinping sebenarnya di balik perintahnya kepada militer China untuk siap tempur. Apakah China benar-benar menginginkan perang?