Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
Mengutip analisis FAA, DeFazio mengungkapkan, sebelum kecelakaan fatal yang kedua terjadi, regulator menyatakan, cacat desain 737 MAX jika tidak dikoreksi bisa mengakibatkan 15 kecelakaan fatal lainnya di masa depan.
Tapi, "Terlepas dari perhitungannya sendiri, FAA melempar dadu pada keselamatan masyarakat yang bepergian dan membiarkan B737 MAX terus terbang sampai Boeing bisa merombak perangkat lunak MCAS-nya," ujar DeFazio.
Baca Juga: Dituduh pakai komponen cacat di 737 NG, FAA ancam denda US$ 3,9 juta kepada Boeing
"Boeing membuat kesalahan mengerikan," sebut DeFazio. "FAA juga gagal melakukan tugasnya. FAA gagal memberikan pengawasan regulasi yang diperlukan untuk memastikan keselamatan masyarakat yang terbang".
Informasi saja, dua kecelakaan fatal B737 MAX menewaskan 346 orang di Indonesia dan Ethiopia. Sebelumnya, Boeing berharap, B737 MAX bisa kembali mengudara sebelum akhir tahun ini dan mengantarkan pesanan yang tertunda.