Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - HONG KONG/SHENZHEN, China. Topan Ragasa, siklon tropis terkuat di dunia tahun ini, mendarat di Kota Yangjiang, China selatan, Rabu (24/9/2025), setelah menewaskan 17 orang di Taiwan dan melumpuhkan aktivitas di Hong Kong akibat angin kencang serta hujan deras.
Topan tersebut bergerak menuju Maoming, salah satu kota dengan kilang minyak terbesar di Provinsi Guangdong.
Baca Juga: Maskapai Hong Kong Rugi Besar, Ratusan Pesawat Dievakuasi Akibat Topan Ragasa
Di Taiwan, 17 orang masih hilang di Hualien setelah bendungan alami jebol akibat hujan lebat Ragasa, mengirimkan banjir bandang ke sebuah kota wisata.
Di Hong Kong, aktivitas transportasi dan bisnis sempat terhenti.
Benjamin Horton, dekan School of Energy and Environment di City University of Hong Kong, memperingatkan bahwa perubahan iklim akan meningkatkan risiko badai serupa di China selatan.
“Cuaca ekstrem yang dialami Hong Kong musim panas ini hanyalah gambaran awal dari apa yang akan datang,” katanya.
Baca Juga: Ada Ancaman Topan Ragas, Maskapai Hongkong Mulai Evakuasi Pesawatnya
Peringatan Gelombang Merah di Guangdong
Otoritas kelautan China mengeluarkan peringatan tertinggi berupa red alert untuk gelombang tinggi, dengan prediksi badai laut setinggi hingga 2,8 meter di sebagian wilayah Guangdong.
Ragasa terbentuk di Samudra Pasifik Barat pekan lalu dan sempat mencapai kategori 5 super typhoon pada Senin dengan kecepatan angin lebih dari 260 km/jam, sebelum melemah.
Meski begitu, kekuatannya masih cukup untuk merobohkan pepohonan dan jaringan listrik.
Hong Kong sempat diterjang ombak besar yang membanjiri sebagian jalan dan kawasan pesisir.
Video di media sosial menunjukkan air laut menerjang pintu kaca Hotel Fullerton di Pulau Hong Kong.
Baca Juga: Topan Super Ragasa Terjang Taiwan, 14 Tewas dan 129 Hilang
2 Juta Warga Dievakuasi
China mengevakuasi lebih dari 2 juta orang di Guangdong, sementara kementerian darurat mengirim puluhan ribu tenda, tempat tidur lipat, peralatan penerangan, serta logistik penyelamatan lainnya.
Guangzhou, Shenzhen, Foshan, dan Dongguan, kota-kota besar di jalur topan dihuni sekitar 50 juta orang.
Sejumlah toko dan restoran bahkan memarkirkan truk besar di depan bangunan untuk meredam terjangan angin.
“Kami tinggal di lantai atas jadi relatif aman, tapi saya ingin anak-anak merasakan hujan badai ini,” kata seorang warga Shenzhen bermarga Liang. “Kami berjalan di jalan terbuka sambil tetap berhati-hati.”
Baca Juga: Status Topan Ragasa Kini 'Sinyal Badai No. 10', Warga Hong Kong Dilarang Keluar Rumah
Meski infrastruktur Hong Kong dinilai lebih siap dibanding saat topan Hato (2017) dan Mangkhut (2018), setidaknya 90 orang dilaporkan luka-luka.
Pemerintah membuka 50 tempat penampungan sementara yang menampung 885 warga.
Di Makau, kasino-kasino terpaksa menutup area perjudian, sementara hotel-hotel menutup rapat pintu demi menghindari kerusakan.
Di Hong Kong, sinyal peringatan badai diturunkan dari level 8 ke level 3 pada Rabu sore.
Namun, risiko banjir rob masih tinggi di Shenzhen, terutama wilayah pesisir rendah, dengan peringatan akan berlaku hingga Kamis.