Reporter: Ferry Saputra | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Toyota Motor Corp. tampaknya begitu serius dalam hal teknologi baru terkait elektrifikasi. Pembuktian itu kembali dipamerkan Toyota pada bulan ini, dengan serangkaian demonstrasi menyusul upaya serupa di bulan Juni 2023.
Melansir Bloomberg, Selasa (19/9), produsen mobil terbesar di dunia itu mengundang sejumlah jurnalis untuk tur ke tiga pabrik di prefektur Aichi, dekat kantor pusatnya di kota Toyota, pada pekan lalu untuk mengintip teknologi yang dikembangkan. Pengembangan teknologi itu untuk memperluas produksi kendaraan listrik berbasis baterai, serta sistem produksi kendaraan.
Toyota merinci rencana untuk mengomersialkan baterai solid-state, dengan meluncurkan 10 model listrik baru, dan menjual 1,5 juta kendaraan listrik baterai setiap tahun pada 2026.
Pabrik Teiho milik Toyota berfokus mengembangkan baterai bipolar atau liquid iron phosphate (LFP), yang akan diluncurkan Toyota pada 2026 atau 2027 bersama dengan EV baterai.
Toyota memamerkan kemajuan yang telah mereka capai dalam menerapkan cara untuk mengaplikasikan elektrolit secara merata. Meskipun begitu, mereka mengatakan bahwa menumpuk baterai dengan cepat dan mulus tanpa merusaknya masih menjadi rintangan besar untuk produksi massal.
Jika berhasil, baterai tersebut akan meningkatkan jangkauan hingga 20%, mengurangi biaya hingga 40% dan mengisi daya hingga 80% penuh dalam 30 menit atau kurang.
Baca Juga: Subaru Pertimbangkan Lokasi di AS Untuk Produksi Kendaraan Listrik
Sementara itu, pabrik Toyota di Myochi, berfungsi membuat bagian besar dari sasis kendaraan. Metode itu pada akhirnya akan dilengkapi dengan gigacast, yang memungkinkan sasis EV dibuat dalam tiga bagian karena kesederhanaan desainnya dibandingkan dengan ratusan komponen yang diperlukan untuk membangun setiap bagian dalam model saat ini.
Hal itu adalah teknik produksi yang dipelopori Tesla Inc, setelah Elon Musk melihat model mainan Model S dan mendorong para insinyurnya untuk menemukan cara untuk mencetak seluruh bagian mobil. Produsen mobil listrik AS juga akan segera menggunakan teknologi gigacast untuk membuat seluruh bagian bawah body mobil listrik secara utuh. Saat itu, Toyota belum sampai di titik itu.
Prototipe gigacast yang diungkap pada minggu lalu di Nagoya adalah model berskala 1/10 yang memiliki tinggi setengah meter. Namun, setelah menjadi ukuran sebenarnya, Toyota akan memproduksi mobil listrik dalam jumlah jutaan, seperti yang telah dilakukannya selama bertahun-tahun dengan mobil bensin dan hibrida.
Pabrik tertua dan terbesar di Toyota, Motomachi, mengembangkan jalur perakitan BEV yang dapat bergerak sendiri.
Toyota menyebutkan, mekanisme itu akan mengurangi investasi pabrik sedari awal dan meningkatkan fleksibilitas jalur perakitan ketika perlu disesuaikan atau jika model baru diperkenalkan.
Bahkan sekarang, fasilitas itu sendiri sudah sangat menarik untuk dilihat. Sembilan model mulai dari sedan dan minivan hingga kendaraan listrik sepenuhnya sedang dirakit di satu jalur produksi campuran.
Keselarasan itu dikembangkan selama beberapa dekade di bawah Toyota Production System, atau TPS, yang menekankan fungsionalitas dan menolak pemborosan. Namun, yang terpenting berusaha keras untuk menyempurnakan proses apa pun untuk menyempurnakan produk akhir.
Di satu sisi, merangkul ide-ide baru seperti gigacast adalah bagian dari filosofi TPS. Perusahaan harus fleksibel jika ingin mencapai emisi karbon nol bersih, bahkan setelah mampu membuat dan menjual 10 juta mobil setiap tahun.
Perbedaannya sekarang bahwa Toyota, di bawah CEO Koji Sato, yang mengambil alih kepemimpinan pada April 2023, lebih bersedia untuk berbicara di depan umum tentang apa yang mereka lakukan untuk mencoba dan berubah.
Baca Juga: Pemerintah Ajak Geely Auto Group Investasi ke Industri EV Indonesia