Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Tragedi Jeju Air di Muan pada hari Minggu (29/12) menutup perjalanan buruk maskapai Boeing di tahun 2024. Sejumlah kecelakaan hingga penurunan saham yang drastis menjadi catatan perjalanan Boeing tahun ini.
Kecelakaan udara paling mematikan di Korea Selatan itu menewaskan 179. Jeju Air penerbangan 7C2216 tiba dari ibu kota Thailand, Bangkok, dengan 175 penumpang dan 6 awak di dalamnya pada Minggu pagi.
Pesawat mendarat terbalik dan tergelincir dari ujung landasan, kemudian meledak saat menghantam dinding di Bandara Internasional Muan.
Pesawat Boeing 737-800 yang digunakan gagal mengeluarkan roda pendaratan dan meluncur bebas menabrak peralatan navigasi dan dinding sebelum meledak. Dua awak yang selamat berada di bagian ekor masih dirawat karena luka-luka.
Baca Juga: Apakah Tabrakan Burung Menyebabkan Jatuhnya Pesawat Jeju Air Korea Selatan?
Catatan Buruk Boeing di Tahun 2024
Masalah keamanan membayangi Boeing sepanjang tahun 2024. Masalah yang berulang sepanjang tahun telah merusak nama Boeing. Harga saham perusahaan turun lebih dari 30% pada tahun 2024.
Pada bulan Januari, sumbat pintu terlepas dari pesawat 737 Max selama penerbangan Alaska Airlines. Sebagai respons, regulator memberlakukan batasan pada produksi pesawat Boeing.
Pada bulan Juli, Boeing akhirnya mengaku bersalah atas konspirasi untuk melakukan penipuan karena menipu regulator Administrasi Penerbangan Federal (FAA) yang menyetujui 737 Max.
Berdasarkan laporan Boeing, FAA menyetujui pelatihan berbasis komputer di batasan minimal, alih-alih pelatihan yang lebih intensif dalam simulator penerbangan.
Baca Juga: Kecelakaan Jeju Air Terparah di Korea Selatan: 179 Meninggal Dunia, Dua Selamat
Pelatihan simulator akan meningkatkan biaya bagi maskapai untuk mengoperasikan Max dan mungkin mendorong beberapa maskapai untuk membeli pesawat dari Airbus.
Musim gugur lalu, 33.000 teknisi Boeing melakukan pemogokan, sehingga melumpuhkan produksi 737 Max, 777, dan pesawat kargo 767.
Mengutip AP, aksi mogok kerja ini berlangsung selama tujuh minggu. Aksi ini berakhir saat para anggota Asosiasi Internasional Pekerja Mesin dan Dirgantara menyetujui tawaran yang mencakup kenaikan gaji sebesar 38% selama empat tahun.
Di bawah tekanan yang kuat atas masalah keselamatan, David Calhoun mengundurkan diri sebagai CEO pada bulan Agustus. Sejak Januari, 70.000 karyawan Boeing telah berpartisipasi dalam rapat untuk membahas cara-cara meningkatkan keselamatan.
Tonton: Dua Operator Telekomunikasi AS Jadi Target Serangan Siber China, Warga AS Khawatir