Sumber: Anadolu Agency,Al Jazeera | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - KOTA GAZA, Palestina - Sebuah serangan udara Israel pada Jumat menghantam sebuah sekolah di Kota Gaza yang menjadi tempat perlindungan bagi pengungsi, melaporkan Palestine TV.
Lebih dari 20 orang dilaporkan tewas dan 100 lainnya terluka akibat serangan di Sekolah Al-Falah, tempat pengungsian di wilayah Zeitoun di selatan Kota Gaza, seperti yang dilaporkan oleh saluran yang berafiliasi dengan Otoritas Palestina dan berbasis di Ramallah, Tepi Barat. Pihak Israel belum memberikan komentar terhadap berita ini.
Palestine TV sebelumnya telah mengumumkan kedatangan 120 jenazah dari wilayah Gaza dan Gaza Utara ke Rumah Sakit Indonesia di utara Jalur Gaza.
Sejak Israel mulai melakukan bombardir di Gaza pada 7 Oktober, setidaknya 11.500 warga Palestina tewas, termasuk lebih dari 7.800 perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 29.200 lainnya terluka, menurut data terbaru.
Baca Juga: Pemimpin Oposisi Israel: Sudah Waktunya untuk Menggantikan Netanyahu
Blokade Israel juga telah memutus pasokan bahan bakar, listrik, dan air ke Gaza, serta mengurangi bantuan yang diberikan menjadi sangat terbatas.
Sementara itu, jumlah kematian di pihak Israel mencapai sekitar 1.200, menurut data resmi.
Kuburan Massal
Pasukan Israel Gali Kuburan Massal di Rumah Sakit al-Shifa, Bawa Lebih dari 100 Jenazah.
Ismail Al Thawabta, seorang pejabat dari Kantor Media Pemerintah Gaza, memberikan informasi kepada Al Jazeera sebagai berikut:
“Pasukan pendudukan Israel kemarin menggali kuburan yang kami buat di halaman rumah sakit; mereka membawa lebih dari 100 jenazah yang sudah dikubur. Selain itu, semua korban yang baru-baru ini meninggal, ditolak untuk dikubur karena pasukan Israel menolak untuk membiarkan mereka dikubur di dalam rumah sakit.
Baca Juga: PBB Mengatakan Kelaparan akan Segera Terjadi di Gaza Palestina
“Beberapa hari yang lalu, ketika jenazah menumpuk di dalam rumah sakit, manajemen rumah sakit terpaksa menggali kuburan massal dan mengubur semua yang sudah meninggal. Pagi ini, buldoser Israel menggali kuburan dan membawa pergi jenazah."
Secara terpisah, Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan menyatakan siap membantu rekonstruksi di Kota Gaza jika gencatan senjata tercapai.
Presiden Turki menyatakan bahwa negaranya akan berusaha membangun kembali rumah sakit, sekolah, dan infrastruktur lain yang rusak di Gaza jika tercapai gencatan senjata di sana, seperti yang dilaporkan oleh media lokal.
"Jika tercapai gencatan senjata, kami akan melakukan segala yang diperlukan untuk mengganti kerusakan yang disebabkan oleh Israel," kata Erdogan kepada wartawan dalam perjalanannya dari Berlin, di mana ia melakukan pembicaraan dengan pemimpin Jerman.
"Kami akan berusaha membangun kembali infrastruktur yang rusak di Gaza dan memperbaiki sekolah, rumah sakit, fasilitas air, dan energi yang hancur," kata Erdogan seperti yang dilaporkan oleh A Haber.
Serangan Terbaru
Sebanyak 32 Orang Tewas dalam satu keluarga, termasuk 19 orang diantaranya adalah anak-anak. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa 32 orang dari satu keluarga tewas dalam serangan pasukan Israel terhadap sebuah bangunan di utara Gaza, dengan 19 anak di antaranya, seperti yang dilaporkan oleh AFP.
Kementerian merilis daftar nama 32 anggota keluarga Abu Habal yang tewas di Jabalia, kamp pengungsi terbesar di kantong terkepung itu.
Juru bicara UN Relief and Works Agency for Palestine (UNRWA), Tamara el-Rifai, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa agensi pengungsi Palestina tidak lagi dapat memberikan perlindungan bagi orang yang datang ke tempat perlindungan dan sekolah mereka di tengah serangan terus-menerus Israel terhadap wilayah tersebut.
Baca Juga: Rumah Sakit Indonesia di Gaza Kian Kewalahan, Tak Bisa Berfungsi
Dalam pernyataannya dari Amman, Yordania, el-Rifai mengatakan bahwa 70 bangunan UNRWA telah terkena serangan sejauh ini.
“Kami sendiri tidak lagi dilindungi,” kata el-Rifai, mengatakan bahwa 66 orang di tempat perlindungan UNRWA telah tewas hingga saat ini, tidak termasuk serangan di al-Fakhoora hari ini. "Tidak ada tempat di Gaza yang aman."
Juru bicara UNRWA mengatakan meskipun serangan terhadap bangunan mereka, mereka tidak berniat meninggalkan Gaza. “Kami benar-benar adalah tali pengaman [bagi orang-orang Gaza]... kami tidak akan pergi dan tetap bersama masyarakat Gaza.”
Hingga saat ini, 103 karyawan UNRWA di Gaza telah tewas sejak perang dimulai pada 7 Oktober.