kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tren kebangkrutan di Amerika Serikat terus meningkat, sektor ini paling banyak


Senin, 14 September 2020 / 14:44 WIB
Tren kebangkrutan di Amerika Serikat terus meningkat, sektor ini paling banyak
ILUSTRASI. Tren kebangkrutan di Amerika Serikat terus meningkat, sektor ini paling banyak. (Kontan/Panji Indra)


Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - New York. Pandemi virus corona / Covid-19 merontokkan perekonomian global. Bahkan, di Amerika Serikat banyak perusahaan yang bangkrut akibat resesi ekomi yang timbul karena Covid-19.

Perekonomian AS sempat terperosok hingga lebih dari 30% secara tahunan pada kuartal II tahun ini. Banyak perusahaan di Negeri Paman Sam pun mengalami kebangkrutan dan mengajukan pailit akibat tidak mampu bertahan di tengah resesi yang disebabkan pandemi.

Dikutip dari CNN, Senin (14/9/2020) tingkat kebangkrutan perusahaan-perusahaan besar di AS meningkat hingga 244% sepanjang Juli hingga Agustus jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Kondisi tak banyak berubah meski pemerintah setempat serta The Fed telah menggelontorkan berbagai stimulus untuk perekonomian.

Beberapa perusahaan besar yang diketahui telah mengajukan pailit seperti Brooks Brothers, Hertz, California Pizza Kitchen, serta Chuck E, Cheese. Selain itu, masih banyak perusahaan lain yang juga mengajukan hal serupa sejak awal musim panas ini.

Baca juga: Terakhir pendaftaran, lelang mobil dinas Kemendag Suzuki Grand Vitara 2007 Rp 44 juta 

Meski demikian, terdapat beberapa korporasi seperti perusahaan dekorasi serta perlengkapan rumah JCPenney yang berhasil mendapatkan investor untuk menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan. Bank investasi asal Amerika Serikat Jefferies mengatakan terdapat beberapa sektor usaha yang mengalami pukulan cukup hebat dan mengalami lonjakan pengajuan dokumen kepailitan.

Salah satunya, tingkat kebangkrutan di industri aviasi yang meroket hingga 110%, sementara di industri minyak dan gas yang meningkat hingga 45%. Sementara untuk industri hiburan, jumlah pengajuan dokumen pailit mencapai 22%.

Banyak pihak pun menilai, lonjakan kebangkrutan ini belum mencapai puncak. "Ini belum mencapai titik tertinggi. Titik puncak baru akan terjadi ketika pemerintah mulai menghentikan paket stimulus," ungkap Joseph Acosta, mitra di Dorsey & Whitney yang fokus pada isu kebangkrutan.

Hingga akhir Agustus, pengajuan pailit oleh perusahaan besar, yakni perusahaan dengan nilai liabilitas mencapai miliaran dollar AS, meningkat hingga 120% (yoy). Jumlah tersebut termasuk 34 dokumen pengajuan pailit yang diajukan pada periode Mei hingga Juni.

Baca juga: Inilah 11 buah-buahan penurun berat badan, pas dikonsumsi jika sedang diet karbo 

Di sisi lain, Jefferies mencatat pengajuan pailit cukup kecil dari perusahaan menengah ke bawah. Mereka menduga hal ini terjadi berkat suntikan dana bantuan bagi sektor industri itu dari bank sentral AS, The Federal Reserve. Asumsi lain, perusahaan skala kecil dan menengah tidak mampu menutup biaya pengajuan pailit.

"Mungkin juga karena ada perbedaan kas/likuiditas yang tidak mencukupi untuk menyewa pengacara kebangkrutan," jelas Analis Perbankan Jefferies, Ken Usdin.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Puluhan Korporasi Besar di AS Bangkrut dan Ajukan Pailit", 

Penulis : Mutia Fauzia
Editor : Bambang P. Jatmiko

Selanjutnya: Cek rekening! BLT karyawan sudah disalurkan ke lebih dari 5 juta penerima




TERBARU

[X]
×