kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tren merger dan akuisisi global bakal kembali marak


Selasa, 09 Juni 2020 / 17:55 WIB
Tren merger dan akuisisi global bakal kembali marak
ILUSTRASI. ilustrasi?merger dan akuisisi, mergers and acquisitions


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Prospek cerah dalam industri farmasi dan kesehatan global diprediksi bakal membantu membangkitkan kepercayaan para pemangku kebijakan terkait pemulihan aktivitas merger dan akuisisi (M&A), setelah sempat loyo akibat pandemi virus corona (Covid-19).

Mengutip artikel Bloomberg, Selasa (9/6) Perusahaan farmasi Inggris AstraZeneca Plc misalnya telah melakukan pendekatan sejak bulan lalu kepada perusahaan saingan asal Amerika Serikat (AS) Gilead Sciences Inc tentang potensi merger. 

Jika hal ini berlanjut, maka penggabungan antara dua perusahaan di sektor kesehatan ini merupakan yang terbesar sepanjang sejarah sekaligus menjadi angin segar bagi iklim investasi menurut para bankir dan pengacara.

Baca Juga: Dua Perusahaan Farmasi Raksasa, AstraZeneca dan Gilead Berpotensi Merger

"Pasar merger dan akuisisi mulai menunjukkan aktivitas hijau," kata Anu Aiyengar, co-head global M&A di JPMorgan Chase & Co. Dia juga mengatakan kenaikan tren akan melihat terutama antara pengakuisisi strategis yang punya modal besar serta perusahaan yang ingin melakukan transaksi pembelian saham di pasar ekuitas.

Menurut data yang dihimpun Bloomberg, volume M&A memang terpangkas drastis di tahun ini. Lantaran banyak perusahaan yang dipaksa untuk fokus bertahan dari guncangan ekonomi akibat dampak Covid-19. Nilai M&A yang diumumkan, tidak termasuk investasi minoritas hanya mencapai US$ 100 miliar pada bulan April dan Mei 2020, ini merupakan periode dua bulan terendah dalam 22 tahun terakhir.

Sementara lebih dari US$ 15 miliar transaksi telah diakhiri dengan persetujuan bersama karena dampak virus. Akan tetapi, pembicaraan mengenai aksi korporasi mulai terbuka setelah sempat ditunda, hal ini merupakan respon dari sinyal pembukaan kembali ekonomi dan membaiknya dukungan bank sentral.

"Kami melihat tingkat dialog yang meningkat, khususnya terkiat merger, dan optimis hal ini akan mengarah pada peningkatan volume merger dan akuisisi," kata Anton Sahazizian, Kepala M&A AS di firma penasehat butik Moelis & Co.

Sementara itu, para pejabat di Citigroup Inc dan UBS Group AG telah memperkirakan gelombang konsolidasi pasca Covid-19 di Eropa dalam sektor sektor utama seperti jasa keuangan. Pasar ekuitas swasta juga dinilai mulai menunjukkan tanda-tanda kebangkitan.

Baca Juga: Merger dan akuisisi global kembali ramai, ini daftarnya..

Salah satunya seperti proses penjualan perusahaan agrokimia Rovensa ke perusahaan Bridgepoint senilai US$ 1,3 miliar juga mulai dibahas kembali, menurut beberapa sumber yang mengetahui hal tersebut. Perusahaan multinasional di kawwasan Eropa dan Asia juga menggaungkan rencana serupa pasca pandemi, dan mulai mempertimbangkan ekspansi di AS menurut Jim Langston, mitra M&A di firma hukum Cleary Gottlieb & Hamilton LLP.

Berdasarkan sektornya, industri farmasi dan teknologi dipandang sebagai yang paling subur karena banyak sentimen positif muncul dari kedua sektor ini selama pandemi. Namun, seluruh kabar baik ini masih sangat jauh dari posisi yang sempat dicapai pada akhir 2019 lalu yang total volume M&A mencapai US$ 3 triliun. Mengingat, masih berlanjutnya perlambatan ekonomi secara global lantaran belum ditemukannya vaksin Covid-19 dan pemilihan presiden AS pada bulan November 2020 mendatang.




TERBARU

[X]
×