kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.884.000   -23.000   -1,21%
  • USD/IDR 16.210   -25,00   -0,15%
  • IDX 6.897   65,26   0,96%
  • KOMPAS100 1.002   13,05   1,32%
  • LQ45 771   10,32   1,36%
  • ISSI 224   1,60   0,72%
  • IDX30 397   5,48   1,40%
  • IDXHIDIV20 461   5,31   1,16%
  • IDX80 113   1,46   1,31%
  • IDXV30 113   0,44   0,39%
  • IDXQ30 129   1,86   1,47%

Triliuner Lucy Guo dan Filosofi Kerja Ekstrem di Balik Kesuksesan Teknologi


Sabtu, 28 Juni 2025 / 12:15 WIB
Triliuner Lucy Guo dan Filosofi Kerja Ekstrem di Balik Kesuksesan Teknologi
Generasi Z menyukai keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan. Namun, Lucy Guo, triliuner wanita termuda yang merintis usahanya sendiri, mengatakan generasi ini tidak akan membutuhkannya jika mereka menemukan pekerjaan yang mereka sukai. Pada usia 30 tahun, Lucy Guo telah menapaki pencapaian yang tak biasa menjadi triliuner teknologi dengan kekeyaan sekitar Rp 20 triliun.


Sumber: Fortune | Editor: Noverius Laoli

Tokoh-tokoh dunia startup seperti Harry Stebbings, pendiri dana investasi 20VC, bahkan mendorong para pendiri perusahaan rintisan di Eropa untuk mengadopsi pola kerja serupa. 

Menurutnya, bekerja tujuh hari seminggu adalah kecepatan minimum yang diperlukan untuk menang dalam persaingan teknologi global. Martin Mignot dari Index Ventures menambahkan bahwa budaya 996 sudah menjadi “standar tak tertulis” di kalangan pelaku industri teknologi saat ini.

Budaya kerja ekstrem ini tak hanya terbatas pada pendiri startup. CEO perusahaan besar pun menunjukkan pola kerja yang nyaris serupa. 

Leah Cotterill, CEO Cigna Healthcare untuk wilayah Timur Tengah dan Afrika, bekerja penuh dari Senin hingga Kamis dan baru memberi ruang pada jadwalnya di hari Jumat. 

Baca Juga: Lucy Guo, Triliuner Muda yang Tetap Hemat Meski Punya Kekayaan Rp 21 Triliun

Sementara itu, Putri Noura binti Faisal Al Saud, CEO Culture House, menyebut dirinya sebagai pekerja 24/7 yang tidak pernah benar-benar berhenti karena kecintaannya terhadap pekerjaan.

Kecenderungan ini menimbulkan tantangan tersendiri, terutama bagi generasi muda yang menaruh perhatian besar pada keseimbangan hidup dan kerja. Ketika para pemimpin industri justru semakin mendorong batas antara keduanya, muncul pertanyaan: apakah kerja keras tanpa batas adalah satu-satunya jalan menuju sukses?

Dalam sebuah memo internal yang bocor, Sergey Brin, salah satu pendiri Google, pernah menyebut bahwa 60 jam kerja per minggu adalah angka optimal bagi mereka yang ingin menorehkan prestasi besar di industri kecerdasan buatan. 

Pandangan ini semakin memperkuat gagasan bahwa dalam dunia teknologi yang berkembang cepat, kecepatan dan dedikasi ekstrem bukan lagi pilihan, melainkan keharusan.

Baca Juga: Triliuner Muda Lucy Guo Masih Suka Beli Makanan Promo Beli Satu Gratis Satu

Lucy Guo adalah wajah dari paradigma baru itu: ketika batas antara kerja dan hidup melebur, dan ketika ambisi bukan sekadar mimpi, melainkan sebuah sistem hidup yang dijalani sepenuh hati.

Selanjutnya: Lebih Jernih, Anak Muda Semakin Menggemari Musik Analog Lewat Piringan Hitam

Menarik Dibaca: 4 Faktor Pemicu Orang Mudah Marah dan Emosi, Kenapa Ya?


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×