kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.708.000   17.000   1,01%
  • USD/IDR 16.335   0,00   0,00%
  • IDX 6.788   -6,83   -0,10%
  • KOMPAS100 1.009   -1,54   -0,15%
  • LQ45 781   -2,24   -0,29%
  • ISSI 211   0,76   0,36%
  • IDX30 405   -1,54   -0,38%
  • IDXHIDIV20 488   -3,62   -0,74%
  • IDX80 114   -0,07   -0,06%
  • IDXV30 120   -0,76   -0,63%
  • IDXQ30 133   -0,78   -0,59%

Trump Berencana Ganti Nama Greenland Jadi Red, White, and Blueland Jika Sukses Dibeli


Rabu, 19 Februari 2025 / 10:50 WIB
Trump Berencana Ganti Nama Greenland Jadi Red, White, and Blueland Jika Sukses Dibeli
ILUSTRASI. Rencana ambisius Presiden Donald Trump untuk membeli Greenland kembali mencuat setelah legislasi baru diperkenalkan di Kongres AS. REUTERS/Kevin Lamarque


Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana ambisius Presiden Donald Trump untuk membeli Greenland kembali mencuat setelah legislasi baru diperkenalkan di Kongres AS.

Sejak Partai Republik kembali merebut Gedung Putih pada 20 Januari 2025, agenda ekspansionis Trump terlihat semakin nyata, termasuk dalam upayanya mengakuisisi wilayah otonom yang saat ini berada di bawah Denmark.

Trump dan Ambisi Ekspansi Wilayah AS

Dalam beberapa minggu terakhir, Trump telah mengambil langkah-langkah berani untuk memperluas wilayah Amerika Serikat, termasuk:

  • Meresmikan perubahan nama Teluk Meksiko menjadi "Gulf of America"
  • Mengusulkan agar Kanada menjadi negara bagian ke-51 AS
  • Membuka kembali pembahasan mengenai kendali AS atas Terusan Panama
  • Mengklaim niat untuk "mengambil alih" Gaza dengan menggusur seluruh populasi Palestina

Mengutip Unilad, salah satu ambisi Trump yang paling kontroversial adalah usaha membeli Greenland, yang telah menjadi bagian dari Kerajaan Denmark sejak abad ke-18.

Sebelumnya, upaya ini sempat memicu ketegangan diplomatik dengan Perdana Menteri Denmark, Mette Frederiksen, setelah Trump mengangkat kembali topik tersebut dalam percakapan telepon yang memanas.

Baca Juga: Pejabat Tinggi Rusia Ini Bakal Bertemu Delegasi AS di Arab Saudi

Undang-Undang Baru untuk Negosiasi Akuisisi Greenland

Legislasi terbaru terkait Greenland diperkenalkan oleh Buddy Carter, seorang anggota Kongres dari Partai Republik, Georgia. Rancangan undang-undang ini akan memberikan wewenang kepada Trump untuk bernegosiasi dengan Denmark dan Greenland terkait kemungkinan membeli wilayah tersebut.

Dalam pernyataannya, Carter menyampaikan:

"Amerika telah kembali dan akan segera menjadi lebih besar dengan tambahan Red, White, and Blueland."

Ya, Trump juga berencana mengubah nama Greenland menjadi "Red, White, and Blueland"—sesuai dengan warna bendera Amerika Serikat. Namun, belum jelas bagaimana penduduk asli Greenland akan merespons perubahan nama ini.

Lebih lanjut, Carter menambahkan:

"Presiden Trump telah mengidentifikasi pembelian Greenland sebagai prioritas keamanan nasional. Kami akan dengan bangga menyambut rakyat Greenland untuk bergabung dengan negara paling bebas yang pernah ada begitu Negosiator Utama kita menandatangani kesepakatan monumental ini."

Trump Yakin Warga Greenland Mendukung Akuisisi oleh AS

Trump sendiri telah berulang kali mengklaim bahwa penduduk Greenland ingin bergabung dengan AS. Dalam pernyataannya kepada pers bulan lalu, Trump menyatakan dengan tegas:

"Saya pikir kita akan mendapatkannya. Saya pikir rakyatnya ingin bersama kita."

Dia juga mempertanyakan klaim Denmark atas Greenland dan menilai bahwa penolakan terhadap akuisisi ini akan dianggap sebagai tindakan tidak bersahabat.

"Saya tidak tahu apa klaim Denmark atas Greenland, tetapi jika mereka tidak mengizinkan ini terjadi, itu akan menjadi tindakan yang sangat tidak bersahabat. Ini demi perlindungan dunia bebas."

Baca Juga: AS dan Rusia Gelar Perundingan di Riyadh Tanpa Kehadiran Ukraina

Lebih lanjut, Trump menegaskan bahwa hanya AS yang dapat menjamin kebebasan Greenland:

"Akuisisi Greenland bukan tentang Amerika Serikat, tetapi tentang kebebasan dunia. Tidak ada pihak lain yang bisa menjamin kebebasan mereka selain kita."

Tanggapan Internasional dan Potensi Hambatan

Denmark sejauh ini belum memberikan respons resmi terhadap proposal ini, tetapi dalam insiden sebelumnya, Perdana Menteri Frederiksen telah dengan tegas menolak gagasan penjualan Greenland, menyebutnya sebagai "absurd".

Greenland sendiri menikmati status otonomi dalam berbagai aspek, meskipun masih memiliki hubungan erat dengan Denmark.

Selain itu, akuisisi Greenland oleh AS dapat menimbulkan reaksi keras dari Uni Eropa dan komunitas internasional, mengingat pentingnya wilayah tersebut dalam geopolitik Arktik, khususnya dalam persaingan dengan Rusia dan China.

Selanjutnya: Puncak Demo Indonesia Gelap akan Digelar saat Pelantikan Kepala Daerah di Istana

Menarik Dibaca: Hasil Seleksi Administrasi PPPK 2024 Sudah Keluar! Cek Lewat HP Sekarang Juga



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×