kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.263.000   -4.000   -0,18%
  • USD/IDR 16.657   19,00   0,11%
  • IDX 8.173   6,63   0,08%
  • KOMPAS100 1.140   0,34   0,03%
  • LQ45 836   -0,35   -0,04%
  • ISSI 282   -1,71   -0,60%
  • IDX30 440   -0,20   -0,05%
  • IDXHIDIV20 507   -0,48   -0,09%
  • IDX80 128   -0,15   -0,11%
  • IDXV30 138   -0,31   -0,22%
  • IDXQ30 140   -0,64   -0,46%

Trump Beri Tarif Nol Persen untuk Produk Sawit, Karet, dan Kakao Malaysia


Rabu, 29 Oktober 2025 / 08:12 WIB
Trump Beri Tarif Nol Persen untuk Produk Sawit, Karet, dan Kakao Malaysia
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul, dan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet menyaksikan Presiden AS Donald Trump berbicara menjelang penandatanganan kesepakatan gencatan senjata antara Kamboja dan Thailand di sela-sela KTT ke-47 Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di Kuala Lumpur, Malaysia, 26 Oktober 2025. REUTERS/Evelyn Hockstein


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Amerika Serikat (AS) menandatangani serangkaian kesepakatan dagang dan kerja sama mineral strategis dengan empat negara Asia Tenggara pada Minggu (26/10/2025), sebagai langkah memperkuat rantai pasok dan mengatasi ketimpangan perdagangan di tengah pembatasan ekspor logam tanah jarang oleh Tiongkok.

Presiden AS Donald Trump, yang menghadiri KTT ASEAN di Kuala Lumpur, menandatangani perjanjian dagang timbal balik dengan Malaysia dan Kamboja, serta pakta kerja sama perdagangan dengan Thailand. AS juga menyepakati kerangka kerja serupa dengan Vietnam.

Berdasarkan pernyataan bersama Gedung Putih, tarif ekspor dari Malaysia, Thailand, dan Kamboja ke AS tetap sebesar 19%, namun akan diturunkan menjadi nol untuk sejumlah produk tertentu. 

Baca Juga: Pemerintah Upayakan Sejumlah Komoditas Ini Bisa Dapat Tarif Nol Persen dari AS

Sementara itu, Vietnam yang saat ini dikenai tarif 20% berkomitmen meningkatkan pembelian produk AS guna menekan surplus perdagangannya yang mencapai US$ 123 miliar tahun lalu.

Selain bidang perdagangan, AS juga menandatangani dua perjanjian penting dengan Malaysia dan Thailand untuk memperkuat kerja sama dalam rantai pasok mineral kritis. 

Langkah ini dilakukan di tengah upaya China memperketat kontrol ekspor dan teknologi pemurnian logam tanah jarang — bahan penting untuk chip semikonduktor, kendaraan listrik, dan peralatan militer.

Reuters sebelumnya melaporkan bahwa China tengah menjajaki kerja sama dengan dana kekayaan negara Malaysia, Khazanah Nasional, untuk membangun fasilitas pemrosesan logam tanah jarang di Malaysia.

Baca Juga: Tarif Nol Persen Bea Masuk Impor AS Dinilai Tak Signifikan Ganggu Penerimaan Negara

Dalam pernyataan bersama, Malaysia menyatakan tidak akan melarang atau memberlakukan kuota ekspor mineral kritis atau unsur tanah jarang ke AS. Namun, pernyataan itu tidak menjelaskan apakah komitmen tersebut mencakup bahan mentah maupun hasil olahan.

Malaysia memiliki cadangan logam tanah jarang sekitar 16,1 juta ton dan saat ini melarang ekspor bahan mentah untuk mendukung pengembangan industri hilir di dalam negeri.

Penghapusan Hambatan Tarif dan Akses Pasar

Kesepakatan baru itu juga mencakup janji dari keempat negara Asia Tenggara untuk menghapus hambatan tarif, memperluas akses pasar bagi produk AS, serta memperkuat komitmen dalam perdagangan digital, investasi, dan perlindungan lingkungan.

Malaysia, Thailand, dan Vietnam sepakat mengakui standar keselamatan dan emisi kendaraan buatan AS. Malaysia juga akan menyederhanakan proses sertifikasi halal untuk produk kosmetik dan farmasi asal Amerika.

Menteri Perdagangan Malaysia, Tengku Zafrul Aziz, mengatakan negaranya memperoleh pembebasan tarif untuk produk kedirgantaraan, farmasi, dan sejumlah komoditas utama seperti minyak sawit, kakao, dan karet.

Baca Juga: Trump Beri Tarif 0% untuk Malaysia - Vietnam, Ekspor Indonesia Bisa Tertekan?

Sementara Thailand berkomitmen menghapus tarif hingga 99% dari seluruh barang dan melonggarkan aturan kepemilikan asing di sektor telekomunikasi bagi investor AS. 

Bangkok juga mengumumkan rencana pembelian 80 pesawat buatan AS senilai US$ 18,8 miliar serta komoditas energi seperti gas alam cair dan minyak mentah sekitar US$5,4 miliar per tahun.

Selain itu, ada pula kesepakatan komersial antara perusahaan Thailand dan AS untuk pembelian produk pertanian — termasuk jagung pakan dan bungkil kedelai — dengan nilai sekitar US$ 2,6 miliar per tahun.

Baca Juga: Trump Beri Tarif 15% – 20% bagi Negara yang Tak Nego, Tantangan Baru bagi Indonesia?

Kesepakatan tersebut ditandatangani setelah Trump menyaksikan penandatanganan gencatan senjata antara Thailand dan Kamboja, menyusul bentrokan perbatasan mematikan awal tahun ini.

Selanjutnya: Harga Lebih Dulu Naik Signifikan, Analis Sarankan Wait and See Saham BUVA

Menarik Dibaca: Promo Krispy Kreme Spesial 29 Oktober 2025, 2 Lusin Dozen Donuts Cuma Rp 100K




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×