Sumber: Newsweek | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengusulkan rencana kontroversial terkait Gaza, dengan menyatakan bahwa AS akan "mengambil alih" wilayah tersebut pascakonflik antara Israel dan Hamas.
Dalam wawancara dengan Fox News, Trump menegaskan bahwa warga Palestina tidak akan memiliki hak untuk kembali ke Gaza, melainkan akan dipindahkan ke pemukiman baru yang dikembangkan di lokasi lain.
Pernyataan ini muncul di tengah ketegangan geopolitik yang meningkat, terutama setelah pertemuan Trump dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, serta pembicaraan dengan Ketua DPR AS, Mike Johnson. Rencana ini menimbulkan reaksi beragam, baik dari dalam negeri AS maupun dari negara-negara Timur Tengah.
Baca Juga: Trump Sebut AS Mungkin Kehilangan Kesabaran dengan Kesepakatan Gencatan Senjata
Usulan Trump: AS Ambil Alih Gaza dan Relokasi Warga Palestina
Dalam wawancara dengan Bret Baier dari Fox News, Trump menyatakan bahwa AS akan bertanggung jawab atas Gaza dan membangun komunitas baru bagi sekitar 1,9 juta penduduk yang terdampak perang. Ia mengilustrasikan proyek ini sebagai sebuah "pengembangan real estate" yang akan menghasilkan komunitas modern dan lebih aman bagi warga Palestina.
"Kami akan membangun komunitas yang indah bagi mereka, sedikit lebih jauh dari lokasi sekarang yang penuh dengan bahaya," kata Trump.
Trump juga mengisyaratkan bahwa negara-negara kaya di Timur Tengah akan berperan dalam pembiayaan proyek ini. Namun, ia tidak memberikan detail mengenai mekanisme pendanaan atau negara mana yang akan dilibatkan dalam proyek tersebut.
Selain itu, Trump tidak menutup kemungkinan pengiriman pasukan AS ke Gaza, meskipun Gedung Putih kemudian mengklarifikasi bahwa belum ada komitmen untuk menempatkan pasukan di wilayah tersebut.
Baca Juga: Donald Trump: Saya Berkomitmen untuk Membeli dan Memiliki Gaza
Reaksi Global: Kontroversi dan Penolakan dari Timur Tengah
Rencana ini menuai reaksi keras, terutama dari negara-negara yang berbatasan langsung dengan Gaza, seperti Mesir dan Yordania. Kedua negara tersebut sebelumnya telah menolak keras gagasan pemindahan warga Palestina dari Gaza, dengan alasan bahwa hal ini akan merusak solusi dua negara yang selama ini didukung oleh komunitas internasional.
"Saya pikir saya bisa membuat kesepakatan dengan Yordania. Saya pikir saya bisa membuat kesepakatan dengan Mesir," ujar Trump, seraya menambahkan bahwa AS telah memberikan miliaran dolar bantuan kepada kedua negara tersebut.
Senator AS dari Partai Demokrat, Chris Murphy, mengecam usulan Trump, menyebutnya sebagai "ide yang benar-benar gila" yang berpotensi menjerumuskan AS ke dalam perang panjang di Timur Tengah.
Di sisi lain, Sekretaris Pertahanan AS, Pete Hegseth, menilai Trump sebagai sosok yang berani berpikir di luar kebiasaan untuk mencari solusi bagi konflik yang sudah berlangsung lama.
Sementara itu, di dalam negeri, pernyataan Trump juga memicu reaksi beragam dari anggota parlemen. Perwakilan Partai Republik dari South Carolina, Nancy Mace, bahkan secara sarkastik menyarankan untuk mengubah Gaza menjadi "Mar-a-Lago," merujuk pada resor mewah milik Trump di Florida.