Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Amerika Serikat Donald Trump dijadwalkan mengunjungi Federal Reserve (The Fed) pada Kamis sore waktu setempat (20.00 GMT), menurut pernyataan resmi Gedung Putih.
Kunjungan ini mengejutkan banyak pihak dan dianggap meningkatkan ketegangan antara pemerintahan Trump dan bank sentral AS.
Trump vs Powell: Konflik Semakin Terbuka
Trump selama ini dikenal sebagai pengkritik keras Gubernur The Fed Jerome Powell, yang ia tunjuk sendiri pada masa jabatan pertamanya. Dalam beberapa pekan terakhir, Trump kembali melontarkan serangan verbal, bahkan menyebut Powell sebagai "numbskull" (tolol) dan menyatakan keinginannya untuk memecat Powell secara terbuka.
Meskipun Powell diangkat kembali oleh Presiden Joe Biden untuk masa jabatan kedua, masa jabatannya baru akan berakhir pada Mei 2026. Menteri Keuangan Trump, Scott Bessent, menegaskan bahwa pemerintahan saat ini tidak terburu-buru mencari pengganti dan kemungkinan baru akan mengumumkan nama calon baru pada Desember atau Januari mendatang.
Baca Juga: World Liberty Financial Milik Trump Borong Kripto Ini, Siap-Siap Harganya Melejit?
Namun, menurut analis pasar, kunjungan Trump ke markas besar The Fed di tengah tensi panas ini lebih menyerupai taktik intimidasi daripada pertemuan kebijakan yang konstruktif.
Kritik Renovasi Kantor dan Desakan Pangkas Suku Bunga
Selain isu suku bunga, Gedung Putih juga menyoroti proyek renovasi dua gedung bersejarah milik The Fed di Washington, D.C. yang dinilai membengkak hingga $700 juta, menurut Direktur Anggaran Gedung Putih Russell Vought. Pemerintah menuding proyek ini sebagai bentuk pengelolaan buruk dan potensi penyimpangan anggaran, semakin memperkeruh hubungan antara Trump dan Powell.
Trump juga terus menekan The Fed agar memangkas suku bunga acuan dari kisaran saat ini yaitu 4,25%–4,50% menjadi serendah 1%, guna menurunkan biaya utang pemerintah dan mendukung kebijakan fiskal ekspansif serta pemotongan pajak yang sedang dirancang. Namun, langkah ini ditolak oleh para pembuat kebijakan The Fed karena berisiko mengirim sinyal bahwa ekonomi AS sedang dalam krisis.
Dalam proyeksi terbaru bulan lalu, tidak satu pun dari 19 pejabat The Fed memperkirakan suku bunga turun hingga mendekati angka yang diinginkan Trump. Proyeksi terendah pun hanya berada di kisaran 2,25%–2,50% dalam dua tahun ke depan.
Kekhawatiran Terhadap Independensi Bank Sentral
Kritikus menilai intervensi langsung Trump ini berbahaya bagi independensi bank sentral, sebuah prinsip dasar dalam sistem keuangan global modern. Dua mantan Ketua The Fed, Ben Bernanke dan Janet Yellen, bahkan memperingatkan bahwa tekanan Trump terhadap Powell dapat menyebabkan kerusakan ekonomi jangka panjang.
Baca Juga: Columbia University Berdamai dengan Pemerintahan Donald Trump
Dalam opini bersama di New York Times, mereka menulis: “Kredibilitas The Fed — kemampuannya mengambil keputusan sulit berdasarkan data dan analisis nonpartisan — adalah aset nasional yang penting. Sulit untuk dibangun, tapi sangat mudah untuk dihancurkan.”
Pasar Masih Terkendali, Tapi Waspada
Reaksi pasar terhadap kabar kunjungan Trump ke The Fed cenderung tenang, dengan imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun tetap di 4,387% dan nilai dolar sedikit melemah pada sesi perdagangan Asia.
Namun, analis memperingatkan bahwa ketegangan yang berlanjut dapat mengguncang stabilitas pasar jika eskalasi terus terjadi.