Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
Dampak ke Pasar dan Ekonomi
Harga minyak naik sekitar 1% pada Rabu, setelah sempat menyentuh level terendah lima minggu sehari sebelumnya.
Kenaikan ini dipicu sanksi baru terhadap India dan penurunan stok minyak mentah AS yang melebihi ekspektasi.
Pekan lalu, Menteri Keuangan AS Scott Bessent memperingatkan China bahwa pembelian minyak Rusia yang berkelanjutan dapat memicu tarif baru, terlebih menjelang berakhirnya kesepakatan gencatan dagang AS-China pada 12 Agustus.
Ekonom dan eksportir India menyuarakan kekhawatiran serius. Presiden Federasi Organisasi Eksportir India, S.C. Ralhan, mengatakan sekitar 55% pengiriman ke AS akan terdampak.
“Dengan tarif setinggi ini, perdagangan antara kedua negara bisa dibilang akan mati,” ujar Madhavi Arora, ekonom di Emkay Global.
Baca Juga: Trump Ancam Tarif 100% untuk Chip Impor, Kecuali Diproduksi di AS
India kini tengah mempertimbangkan insentif seperti subsidi bunga dan jaminan pinjaman untuk meredam dampak terhadap eksportir.
Analis HDFC Bank Sakshi Gupta memperkirakan, ekspor yang melemah ke AS dapat menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi India tahun ini ke bawah 6%, dari target awal 6,5% oleh bank sentral.
Rupee India terpantau melemah di pasar forward luar negeri, sementara kontrak berjangka saham juga sedikit turun.
“Pasar sudah mulai memproyeksikan risiko tarif tinggi ini, namun reaksi jangka pendek tetap tak terhindarkan jika tidak ada kejelasan atau terobosan diplomatik,” kata Mayuresh Joshi, Kepala Riset Ekuitas India di Willian O’Neil.
Negosiasi Gagal, Jendela Diplomasi Masih Terbuka?
Kebijakan tarif ini muncul setelah lima putaran negosiasi perdagangan yang gagal. Tuntutan AS atas akses lebih luas ke pasar pertanian dan produk susu India menjadi titik gesekan, namun keputusan India untuk tetap mengimpor minyak Rusia senilai rekor US$52 miliar tahun lalu dianggap sebagai pemicu utama.
Sejumlah pejabat India menyebut masih ada ruang untuk bernegosiasi, mengingat tarif akan berlaku dalam 21 hari.
“Ini sinyal bahwa Gedung Putih masih membuka pintu dialog,” ujar salah satu pejabat tinggi India yang enggan disebutkan namanya.
Namun, saat ini belum ada rencana kunjungan ke Washington oleh Modi atau pejabat senior lainnya, dan India belum mempertimbangkan tindakan balasan.