Sumber: Daily Beast | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Presiden AS Donald Trump tampaknya tidak mengerti mengapa Presiden Vladimir Putin dari Rusia dan Presiden Volodymyr Zelensky dari Ukraina saling membenci. Sementara, upayanya untuk menegosiasikan kesepakatan damai gagal.
Kedua belah pihak saling menolak persyaratan perjanjian untuk pertemuan bipartisan, yang telah menjadi landasan rencana Trump.
Mengutip Daily Beast, Trump telah membanggakan diri di masa kampanye bahwa ia akan mengamankan perdamaian di hari pertamanya kembali menjabat. Akan tetapi, delapan bulan kemudian, tidak ada tanda-tanda terobosan positif dari upayanya tersebut.
Rusia telah menghabiskan sebagian besar dekade terakhir mengerahkan militernya ke Ukraina, pertama mencaplok Krimea dan kemudian, pada tahun 2022, memulai perang yang kini berkecamuk.
"Kebencian antara Zelensky dan Putin tak terbayangkan," kata presiden kepada wartawan sebelum menaiki Air Force One. "Mereka begitu membenci satu sama lain, mereka tidak bisa bernapas."
Ketika ditanya apakah ia masih yakin pertemuan trilateral antara dirinya, Putin, dan Zelensky akan terjadi, Trump berkata, "Saya tidak tahu, saya rasa saya yang harus berbicara. Mereka saling membenci."
Baca Juga: Kesabaran Trump terhadap Putin Mulai Menipis
Namun, terlepas dari kemunduran tersebut, presiden bersikeras bahwa pembicaraan antara kedua pemimpin akan tetap berlangsung dalam Waktu dekat.
Trump membanggakan kemampuannya untuk mengakhiri perang di Ukraina pada "Hari Pertama" masa jabatan kepresidenannya saat kampanye tahun lalu. Dia juga dengan cepat mengklaim bahwa kesepakatan damai telah "tercapai" setelah pertemuan puncaknya dengan Putin di Alaska bulan lalu.
Namun, harapannya segera sirna ketika Putin menyatakan bahwa ia hanya akan menyetujui pertemuan dengan Zelensky jika diadakan di Moskow, suatu kondisi yang dianggap tidak dapat diterima oleh Kyiv.
Ia juga melemahkan rencana NATO untuk mengirim pasukan penjaga perdamaian internasional ke garis depan guna menegakkan gencatan senjata dengan menegaskan bahwa Rusia akan memperlakukan pasukan asing mana pun di Ukraina sebagai "target yang sah".
Dalam momen kerendahan hati yang langka, Trump mengakui skala tugas yang dihadapinya pada hari Minggu.
"Saya menghentikan tujuh perang. Saya pikir ini akan mudah bagi saya. Namun ternyata ini sulit. Kebencian antara Zelensky dan Putin tak terbayangkan," ujarnya.
Baca Juga: Ngambek, Trump Tuduh Xi Berkonspirasi Lawan AS Bersama Putin dan Kim
Di bagian lain wawancara, Trump menyebut Rusia sebagai "agresor" dalam perang, sebuah perubahan retorika setelah sebelumnya menolak mengutuk Moskow atas invasi Ukraina.
"Saya ingin menghentikan pembunuhan. Baru saja diketahui bahwa 8.000 tentara telah tewas minggu ini, dari kedua negara. Beberapa lagi dari Rusia, tetapi ketika Anda menjadi agresor, Anda kehilangan lebih banyak lagi," jelas Trump.
"Mereka orang Rusia, mereka bukan tentara Amerika — tetapi mereka tetap manusia. Mereka adalah jiwa. Dan saya ingin menghentikannya," tambahnya.
Pada hari Jumat, Menteri Energi AS Chris Wright mengatakan kepada Politico bahwa Amerika Serikat ingin "menggantikan semua gas Rusia" dengan memberikan sanksi lebih lanjut kepada Moskow, sehingga memaksa mereka untuk berunding.
Tonton: Putin Disebut Siap Menyerang Negara Lain, Polandia dan Finlandia Waspada
"Semakin kita dapat membatasi kemampuan Rusia untuk mendanai perang yang mematikan ini, semakin baik bagi kita semua," katanya.