Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - TAIPEI. Taiwan Semiconductor Manufacturing Co (TSMC), produsen chip paling maju di dunia, menaikkan proyeksi pendapatan tahunannya setelah mencatat laba kuartalan tertinggi sepanjang sejarah.
Langkah ini mencerminkan optimisme perusahaan terhadap lonjakan permintaan chip yang didorong oleh tren kecerdasan buatan (AI) global.
TSMC kini memproyeksikan pertumbuhan pendapatan tahun 2025 berada di kisaran pertengahan 30% dalam denominasi dolar AS, naik dari proyeksi sebelumnya sekitar 30%.
Baca Juga: Pendapatan TSMC Naik 30% pada Kuartal III 2025, Didorong Lonjakan Permintaan Chip AI
Perusahaan juga mempertahankan rencana belanja modal hingga US$42 miliar tahun depan.
“Permintaan chip untuk AI ternyata jauh lebih kuat dibandingkan perkiraan tiga bulan lalu,” ujar CEO TSMC C.C. Wei dalam konferensi pers kinerja kuartal III, Kamis (16/10/2025).
“Kami juga menerima sinyal yang sangat kuat dari para pelanggan dan bahkan pelanggan mereka yang meminta tambahan kapasitas produksi. Keyakinan kami terhadap megatren AI semakin menguat.”
Optimisme tersebut sejalan dengan maraknya kerja sama besar antara perusahaan AI dan produsen chip, seperti OpenAI, Nvidia, AMD, dan Broadcom, yang tengah membangun pusat data berkapasitas triliunan dolar AS.
Permintaan besar terhadap chip menjadi katalis utama investasi tersebut, mengingat chip berperan signifikan dalam biaya pembangunan data center.
Meski sebagian kalangan pasar mewaspadai potensi terbentuknya gelembung investasi seperti era dot-com, berbagai indikator menunjukkan permintaan masih solid.
Misalnya, ABB melaporkan lonjakan pesanan dari proyek pusat data di AS, sementara Macquarie Asset Management menegaskan bahwa penjualan bisnis data centernya senilai US$40 miliar bukan pertanda puncak dari tren global tersebut.
Baca Juga: Intel Dikabarkan Dekati TSMC untuk Kerja Sama dan Investasi
Laba Tembus Rekor
Pada kuartal III-2025, TSMC mencatat lonjakan laba bersih 39,1% menjadi NT$452,3 miliar (sekitar US$14,76 miliar), jauh di atas estimasi pasar sebesar NT$417,7 miliar berdasarkan konsensus LSEG.
Kinerja tersebut didorong oleh permintaan tinggi untuk chip berteknologi tinggi yang digunakan pada berbagai aplikasi AI.
“Kami yakin permintaan chip berteknologi mutakhir ini nyata, bukan spekulatif. Kami terus bekerja keras untuk memperkecil kesenjangan antara kapasitas dan permintaan,” kata Wei.
Baca Juga: Survei HSBC: Treasurer RI Optimistis pada AI, tapi Risiko Siber Bikin Waswas
Faktor Risiko dan Investasi Global
Ketidakpastian geopolitik masih membayangi industri semikonduktor global, terutama setelah Donald Trump kembali menegaskan ancaman tarif terhadap impor chip.
Meski demikian, Wei menegaskan pertumbuhan AI tetap akan kuat bahkan jika pasar China tidak lagi terbuka bagi TSMC akibat pembatasan ekspor AS.
Pada Maret lalu, TSMC mengumumkan rencana investasi US$100 miliar di Amerika Serikat bersama Presiden Trump di Gedung Putih.
Nilai tersebut termasuk proyek senilai US$65 miliar untuk tiga pabrik chip di Arizona, salah satunya telah beroperasi.
Baca Juga: Pada Era AI, Eksekutif Global Ungkap Keterampilan yang Penting Dimiliki Manusia
Sementara itu, ASML, pemasok peralatan semikonduktor utama bagi TSMC, melaporkan pemesanan kuartal III yang melampaui ekspektasi, namun memperkirakan penurunan tajam permintaan dari China pada 2026.
Di sisi lain, Samsung Electronics juga memproyeksikan laba kuartalan tertinggi dalam tiga tahun terakhir berkat efek positif dari tren AI.
Saham TSMC di bursa Taiwan telah menguat 38% sepanjang tahun ini, melampaui kenaikan indeks pasar yang hanya sekitar 20%, seiring meningkatnya kepercayaan investor terhadap prospek pertumbuhan jangka panjang industri chip global.












