Sumber: Al Jazeera | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - ANKARA. Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menegaskan akan melakukan pembalasan jika Uni Eropa menjatuhkan sanksi lebih lanjut ke Ankara. Hal itu diungkapkan Cavusoglu pada hari Senin (6/7/2020) setelah bertemu dengan diplomat top Uni Eropa.
Melansir Al Jazeera, menteri luar negeri Perancis mengatakan minggu lalu para menteri Uni Eropa akan membahas Turki pada 13 Juli dan mempertimbangkan pemberian sanksi baru terhadap Ankara sebagai respons atas langkah-langkah yang diambil atas pengeboran Turki di zona ekonomi Siprus.
"Jika UE mengambil keputusan tambahan melawan Turki, kami harus merespons ini," kata Cavusoglu pada konferensi pers dengan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell di ibukota Turki.
Baca Juga: Aljazair ingin Prancis minta maaf atas kekejaman di zaman kolonial
Ketika hubungan memburuk antara blok Benua Biru dan Ankara, Uni Eropa memberlakukan larangan perjalanan dan pembekuan aset pada dua orang warga Turki pada Februari karena peran mereka dalam pengeboran Turki di zona ekonomi kelautan Siprus di pulau bersengketa itu.
Cavusoglu mencaci-maki Uni Eropa karena gagal memenuhi janji dan mengaitkan isu-isu seperti sengketa Siprus dan kesepakatan migran 2016. Dia mengatakan Turki tidak akan membiarkan dirinya disandera oleh Yunani dan Siprus dan meminta Uni Eropa untuk menjadi "perantara yang jujur".
Baca Juga: Antara masjid dan museum, fungsi Hagia Sophia akan ditentukan di pengadilan
"Kami ingin bekerja dengan Uni Eropa ... (tetapi) jika Uni Eropa mengambil keputusan tambahan melawan Turki, kami terpaksa akan membalas. Situasi akan menjadi lebih tegang dan ini tidak akan membantu siapa pun. Harapan kami adalah agar Uni Eropa tidak bersorak dengan masalah yang ada tetapi untuk menjadi bagian dari solusi," kata Cavusoglu.
Konflik Libya
Pada awal tahun ini, puluhan ribu migran berusaha menyeberang ke Yunani melalui perbatasan darat dan laut setelah Ankara mengatakan tidak akan lagi menghentikan mereka. Aliran imigrasi telah melambat sejak itu, tetapi Cavusoglu mengatakan Turki "akan terus menerapkan keputusannya".
Cavusoglu juga mengulangi seruan kepada Prancis untuk meminta maaf setelah insiden antara kapal perang Turki dan Prancis di Mediterania, yang mendorong Paris untuk meminta penyelidikan NATO.
Baca Juga: Turki tuntut permintaan maaf Prancis atas insiden kapal di Laut Mediterania
Pekan lalu, Prancis untuk sementara waktu menangguhkan perannya dalam operasi keamanan maritim NATO setelah Paris menuduh Turki melanggar embargo senjata PBB di Libya, di mana kedua negara mendukung berbagai pihak yang bertikai.
Penarikan sementara Prancis dari misi Penjaga Laut menyusul pertikaian apakah radar penargetan angkatan laut Turki "menyalakan" fregat Prancis di Mediterania pada Juni.
Baca Juga: Turki buka sidang kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi, 20 warga Saudi terdakwa
"Prancis tidak jujur," kata Cavusoglu. "Perlu meminta maaf kepada Turki dan perlu meminta maaf kepada Uni Eropa dan NATO karena menipu mereka."