Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - ISTANBUL. Turki mengatakan pihaknya melancarkan serangan udara terhadap sasaran-sasaran militan di Irak utara dan menahan tersangka di Istanbul pada Selasa (3/10/2023). Aksi ini dilakukan beberapa jam setelah militan Kurdi mengatakan mereka mengatur serangan bom pertama di ibu kota Ankara dalam beberapa tahun.
Melansir Reuters, pada Minggu pagi, dua penyerang meledakkan bom di dekat gedung-gedung pemerintah di Ankara. Kejadian itu menewaskan kedua pelaku dan melukai dua petugas polisi. Kelompok militan terlarang Partai Pekerja Kurdistan (PKK) mengaku bertanggung jawab.
Kementerian Pertahanan mengatakan banyak militan yang “dinetralkan”, sebuah istilah yang kebanyakan digunakan untuk berarti terbunuh, dalam serangan udara yang menghancurkan 20 sasaran – gua, tempat perlindungan dan gudang yang digunakan oleh PKK di wilayah Metina, Hakurk, Qandil dan Gara di Irak.
Turki telah meningkatkan aksi militer terhadap PKK di Irak utara selama beberapa tahun terakhir dalam operasi yang dikatakan dilakukan berdasarkan hak pertahanan diri berdasarkan Pasal 51 piagam PBB.
Presiden Irak Abdul-Latif Rashid mengatakan dalam pernyataan yang disiarkan pada hari Senin (2/10/2023) bahwa Irak menolak serangan udara Turki yang berulang kali atau kehadiran pangkalan Turki di wilayah Kurdistan dan berharap mencapai kesepakatan dengan Ankara untuk menyelesaikan masalah tersebut.
PKK ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Turki, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Mereka melancarkan pemberontakan di Turki tenggara pada tahun 1984 dan lebih dari 40.000 orang tewas dalam konflik tersebut.
Baca Juga: Teroris Meledakkan Bom di Gedung Pemerintah Ankara Turki
Pada hari Minggu, rekaman CCTV yang dilihat oleh Reuters menunjukkan sebuah kendaraan berhenti di luar gerbang utama kementerian dalam negeri di Ankara dan salah satu penumpangnya dengan cepat berjalan menuju gedung tersebut sebelum dilalap ledakan.
Ledakan itu mengguncang sebuah distrik yang merupakan kantor kementerian dan parlemen, dalam serangan yang bertepatan dengan pembukaan kembali majelis tersebut.
Menurut pernyataan Kementerian Dalam Negeri Turki, salah satu penyerang diidentifikasi sebagai anggota PKK dan upaya terus dilakukan untuk mengidentifikasi pelaku lainnya. Ditambahkan pula bahwa bahan peledak, granat, peluncur roket dan berbagai senjata disita di tempat kejadian.
Dikatakan bahwa para penyerang telah membajak kendaraan tersebut dan membunuh pengemudinya di Kayseri, sebuah kota 260 km (161 mil) tenggara Ankara.
Baca Juga: Putin: Rusia Punya Segalanya untuk Jadi Lebih Kuat
Penggerebekan PKK
Menteri Dalam Negeri Ali Yerlikaya mengatakan, polisi kontraterorisme telah menahan 20 orang dalam penggerebekan yang menargetkan tersangka terkait PKK di Istanbul dan tempat lain.
Seorang juru bicara Kurdi di tingkat provinsi dan bupati dari sebuah partai politik besar pro-Kurdi termasuk di antara mereka yang ditahan, diduga mengumpulkan bantuan dan memberikan perlindungan bagi anggota PKK, kata Yerlikaya melalui platform pesan X.
Pengeboman di Ataturk Boulevard adalah yang pertama di Ankara sejak tahun 2016, ketika terjadi serangkaian serangan di kota-kota Turki yang diklaim dilakukan oleh militan Kurdi, ISIS, dan kelompok lainnya.
Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan kepada wartawan bahwa Washington mengutuk keras serangan hari Minggu itu dan mendukung sekutu NATO, Turki.
“Kami mengakui ancaman keamanan yang sah dari PKK terhadap Turki dan kami mendesak Turki untuk melakukan kerja sama kontraterorisme bersama dengan Irak dengan cara yang mendukung dan menghormati kedaulatan Irak,” tambah Miller.
Baca Juga: Erdogan: Rusia Bukan Negara Biasa, Rusia Tidak Boleh Diabaikan
Angkatan bersenjata Turki dalam beberapa tahun terakhir telah melakukan beberapa operasi militer skala besar di Irak utara dan Suriah utara terhadap militan Kurdi.
Presiden Tayyip Erdogan mengatakan kepada parlemen pada hari Minggu bahwa Turki akan mempertahankan strategi “jalur keamanan” sedalam 30 km (19 mil) di luar perbatasan selatannya dengan Suriah dan Irak, dan bahwa “langkah baru” dalam hal ini hanyalah masalah waktu.