kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.470.000   6.000   0,24%
  • USD/IDR 16.703   -1,00   -0,01%
  • IDX 8.712   25,13   0,29%
  • KOMPAS100 1.196   1,90   0,16%
  • LQ45 855   0,64   0,07%
  • ISSI 312   1,72   0,55%
  • IDX30 438   0,03   0,01%
  • IDXHIDIV20 506   0,62   0,12%
  • IDX80 134   0,16   0,12%
  • IDXV30 138   -0,31   -0,23%
  • IDXQ30 139   0,26   0,19%

Ukraina Klaim Serang Kapal Selam Rusia dengan Drone Bawah Air di Laut Hitam


Selasa, 16 Desember 2025 / 08:57 WIB
Ukraina Klaim Serang Kapal Selam Rusia dengan Drone Bawah Air di Laut Hitam
ILUSTRASI. Kapal selam Rusia Project 955A (Borei A) Knyaz Oleg (Oleg Kuleshov/TASS via REUTERS)


Sumber: BBC | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - BERLIN. Ukraina mengklaim berhasil menyerang sebuah kapal selam Rusia di pelabuhan Novorossiysk, Laut Hitam, menggunakan drone bawah air. 

Dinas Keamanan Ukraina (SBU) menyebut serangan itu menyebabkan kerusakan kritis dan melumpuhkan kapal selam tersebut yang diklaim sebagai operasi pertama dengan teknologi sejenis.

Dalam pernyataannya, SBU menyebut serangan dilakukan menggunakan drone bawah air bernama Sub Sea Baby. Video yang dibagikan SBU memperlihatkan ledakan besar di area pelabuhan. 

Baca Juga: Ukraina Klaim Serang Kilang Minyak, Pangkalan Militer, dan Pabrik Elektronik di Rusia

“Akibat ledakan tersebut, kapal selam mengalami kerusakan kritis dan efektif tidak dapat beroperasi,” kata SBU. Namun, klaim ini belum dapat diverifikasi secara independen.

Rusia mengakui adanya serangan, tetapi membantah klaim kerusakan. Media pemerintah Rusia mengutip Alexei Rulev, Kepala Layanan Pers Armada Laut Hitam, yang menyatakan upaya sabotase Ukraina dengan kendaraan bawah air tak berawak gagal dan tidak ada kapal maupun kapal selam yang terdampak. 

Ia juga menepis laporan bahwa sebuah kapal selam hancur di pangkalan angkatan laut Novorossiysk.

Menurut SBU, kapal selam yang diserang merupakan kelas Kilo, yang biasa digunakan Rusia untuk meluncurkan rudal jelajah Kalibr hingga empat rudal sekaligus yang selama perang kerap digunakan untuk menyerang Ukraina. 

Baca Juga: Trump Kerahkan Kapal Selam Nuklir Usai Perang Kata-Kata dengan Pejabat Rusia

Kapal selam kelas ini dijuluki “Black Hole” karena kemampuan lambungnya menyerap suara dan sulit terdeteksi sonar. Nilainya diperkirakan sekitar US$ 400 juta, dan akibat sanksi internasional yang membatasi akses komponen teknologi, biaya pembangunan unit serupa kini bisa mencapai US$ 500 juta.

SBU menambahkan, kapal selam tersebut terpaksa bertahan di pelabuhan Novorossiysk setelah serangkaian keberhasilan operasi drone laut Ukraina sebelumnya memaksa Rusia memindahkan banyak kapal dan kapal selam dari Teluk Sevastopol di Semenanjung Krimea yang diduduki.

Serangan ini terjadi di tengah intensifikasi diplomasi untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina. Aksi tersebut diumumkan tak lama setelah berakhirnya hari kedua perundingan antara delegasi Amerika Serikat dan Ukraina di Berlin.

Dalam konferensi pers di Berlin, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan Kyiv harus benar-benar yakin terhadap bentuk jaminan keamanan dari sekutu sebelum mengambil keputusan terkait garis depan dalam potensi kesepakatan damai. 

Berbicara bersama Kanselir Jerman Friedrich Merz, Zelensky menekankan pentingnya mekanisme pemantauan gencatan senjata sebagai bagian dari jaminan keamanan.

“Pertanyaannya adalah: siapa yang melakukan pemantauan, dan sanksi apa yang diterapkan jika misi pemantauan diganggu?” ujar Zelensky. 

Meski mengakui pertanyaan itu belum terjawab, Merz mengatakan Amerika Serikat menawarkan jaminan yang “signifikan” bagi Ukraina dalam pembicaraan di Berlin, tanpa merinci detailnya.

Usai menjamu para pemimpin Eropa, Merz menyatakan optimisme terhadap peluang perdamaian. “Untuk pertama kalinya sejak perang dimulai, gencatan senjata kini tampak mungkin,” tulisnya di platform X.

Baca Juga: Tersinggung Pernyataan Tangan Kanan Putin, Trump Kirim Kapal Selam Nuklir Dekat Rusia

Dalam pernyataan bersama setelah pertemuan di Berlin, para pemimpin Eropa menyepakati komitmen membentuk pasukan multinasional pimpinan Eropa, dengan dukungan Amerika Serikat, sebagai bagian dari “jaminan keamanan yang kuat” untuk mengakhiri perang. 

Pasukan ini akan membantu regenerasi kekuatan Ukraina, mengamankan wilayah udara, serta mendukung keamanan laut, termasuk beroperasi di dalam wilayah Ukraina.

Selain itu, akan dibentuk mekanisme pemantauan dan verifikasi gencatan senjata yang dipimpin AS dengan partisipasi internasional untuk memberikan peringatan dini terhadap potensi serangan Rusia di masa depan. 

Para pemimpin juga berkomitmen memberikan dukungan berkelanjutan dan signifikan bagi Ukraina serta mendorong komitmen hukum yang mengikat untuk menjaga perdamaian jika terjadi serangan kembali.

Para pemimpin Inggris, Prancis, Jerman, Denmark, Finlandia, Italia, Belanda, Norwegia, Polandia, Swedia, dan Uni Eropa menegaskan pentingnya jaminan keamanan bagi Ukraina dan menyatakan akan mendukung keputusan Presiden Zelensky terkait isu-isu Ukraina.

Baca Juga: Putin Kirim Peringatan ke Trump Pasca Ancaman Kapal Selam Nuklir: Berhati-hatilah

Dalam unggahan terpisah di X, Zelensky memuji pertemuannya dengan utusan khusus Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff, dan Jared Kushner. 

Ia menyebut ada beberapa poin dalam proposal perdamaian sebelumnya yang dinilainya “merusak” dan menegaskan poin-poin tersebut tidak lagi muncul dalam versi terbaru. 

Zelensky juga menekankan perbedaan posisi Ukraina dan Rusia terkait wilayah, yang menurutnya perlu dibahas secara terbuka, seraya menyatakan keyakinannya bahwa pihak AS akan berperan sebagai mediator untuk mencari titik temu.

Selanjutnya: Dolar AS Tertekan Selasa (16/12), Menanti Rilis Data Tenaga Kerja AS yang Tertunda

Menarik Dibaca: Spesial HUT BRI ke-130: Promo Niku Udon Marugame Cuma Rp 13.000 Khusus 16 Desember




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×