Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Sejak dimulainya perang di Ukraina, Gazprom dan perusahaan-perusahaan Eropa telah mengajukan kasus hukum dan gugatan balik atas pelanggaran kontrak gas dan pembayaran yang terlambat.
Berdasarkan dokumen pengadilan, perhitungan Reuters memperkirakan sengketa ini bernilai sekitar 18,5 miliar euro (US$ 21 miliar).
Kontrak dengan perusahaan gas Rusia Gazprom mencakup ketentuan "ambil atau bayar" yang mengharuskan pembeli yang menolak pengiriman gas untuk tetap membayar hingga 95% dari volume yang dikontrak.
David Haverbeke, mitra di firma hukum Fieldfisher, mengatakan UE harus fokus membantu perusahaan. Dia berargumen bahwa perubahan keadaan sejak 2022, seperti risiko pembelian gas Rusia dibandingkan pasokan lain, akan memberi mereka alasan untuk merundingkan ulang, dan berpotensi menghentikan kontrak Rusia mereka.
Tonton: Begini Reaksi Rusia Atas Kesepakatan Mineral AS yang Kontroversial
"Saya akan mencoba mengandalkan peraturan UE yang disahkan sejak 2023 dan menerapkan kebijakan kesulitan berdasarkan perubahan dalam kerangka peraturan," katanya.
Pilihan lain adalah memaksa perusahaan untuk melakukan pembelian LNG Rusia di masa mendatang melalui skema pembelian bersama UE - dan menetapkan kuota maksimum pada volume yang dapat dibeli, kata Haverbeke.