Sumber: Al Jazeera | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - KHARTOUM. Kudeta militer di Sudan yang terjadi pada hari Senin (25/10) memicu aksi unjuk rasa di ibu kota Khartoum. Sebanyak 7 orang tewas tertembak dan 140 lainnya luka-luka dalam bentrokan antara tentara dan pengunjuk rasa.
Melansir Al Jazeera, ribuan orang ikut serta dalam aksi unjuk rasa menentang pengambilalihan militer di jalan-jalan Khartoum dan Omdurman, pada hari Selasa (26/10). Seorang pejabat kesehatan mengatakan sedikitnya 7 orang tewas akibat tembakan.
Ribuan orang tersebut menghadapi serbuan tembakan di dekat markas militer di Khartoum. Sementara di Omdurman, pengunjuk rasa membarikade jalan-jalan dan meneriakkan dukungan untuk pemerintahan sipil.
Pasukan Kebebasan dan Perubahan, koalisi oposisi utama Sudan, menyerukan pembangkangan sipil dan protes di seluruh negeri dan menuntut agar dewan militer mengembalikan kekuasaan ke pemerintah sipil.
Baca Juga: Upaya kudeta di Sudan, perdana menteri dan pejabat tinggi ditangkap pihak militer
Jenderal Abdel Fattah Al-Burhan, yang mengambil alih pemerintahan, segera membubarkan Dewan Berdaulat militer-sipil yang awalnya dibentuk untuk membawa Sudan menuju demokrasi yang lebih baik pasca digulingkannya pemimpin lama Sudan, Omar Al-Bashir, dua tahun lalu.
Al-Burhan saat ini menyatakan keadaan darurat di seluruh negeri dan memerintahkan militer Sudan untuk aktif menjaga keamanan. Ia berjanji untuk mengadakan pemilihan pada Juli 2023 dan menyerahkan pemerintahan ke pemerintah sipil.
Perdana menteri dan pendukungnya ditahan
Perdana Menteri Sudan, sebagian besar anggota kabinet Sudan, beserta sejumlah pemimpin partai pendukung pemerintah ditangkap pihak militer pada hari Senin.
Melansir Reuters, pasukan militer dan paramiliter Sudan dikerahkan di seluruh ibu kota, Khartoum, dan membatasi pergerakan warga sipil. Di saat yang sama, gelombang unjuk rasa muncul di berbagai wilayah Khartoum.
Baca Juga: Perluas pengaruh di Afrika, Rusia berencana bangun pangkalan angkatan laut di Sudan
Mengutip sumber anonim, kantor berita Al-Hadath milik Saudi mengatakan bahwa Perdana Menteri Abdalla Hamdok adalah salah satu tokoh yang ditangkap. Saat ini ia ada di bawah tahanan rumah.
Pasukan militer Sudan, yang tak dikenal, juga dilaporkan menangkap empat menteri kabinet, satu anggota sipil dari Dewan Penguasa yang berkuasa, dan beberapa gubernur negara bagian dan partai penguasa.
Kanal televisi Al-Arabiya yang berbasis di Dubai melaporkan, bandara Khartoum ditutup dan penerbangan internasional ditangguhkan. Sementara itu, layanan internet di Khartoum dilaporkan mati.
Sudan telah ada di bawah ancaman kudeta sejak upaya sebelumnya gagal pada bulan lalu. Sejak saat itu, militer dan sipil terus berupaya mencapai pembagian kekuasaan setelah penggulingan mantan pemimpin Omar Al-Bashir pada 2019.
Dalam beberapa bulan terakhir, koalisi kelompok pemberontak dan partai politik bersekutu dengan militer dan meminta Bashir untuk membubarkan pemerintah sipil.