Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
Sebelumnya, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengumumkan pada Kamis (27/2), ia meminta sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas untuk libur selama satu bulan.
Langkah tiba-tiba Abe itu menuai kritik lantaran bermotivasi politik dan tidak masuk akal. Pemerintah lokal juga mengkritik langkah tersebut dan setidaknya satu prefektur serta beberapa kota menolak permintaan untuk menutup sekolah.
Di bawah hujan pertanyaan di parlemen, Abe tampaknya mengisyaratkan kesediaan untuk melunakkan seruan penutupan massal sekolah. Ia mengatakan, itu hanya "pemikiran dasar" pemerintah dan sekolah juga pemerintah daerah harus "membuat keputusan mereka secara fleksibel".
Baca Juga: Virus corona menyebar di tiga benua, pasar bersiap untuk resesi global
Abe berjanji untuk mengambil langkah-langkah kebijakan yang diperlukan untuk mencegah wabah virus corona yang sudah menjadi pukulan berat terhadap pemulihan ekonomi Jepang yang rapuh.
Infeksi di Jepang telah mencapai 200 kasus, dengan lima kematian termasuk satu orang pada Jumat (28/2), seorang pria berusia tujuh puluhan. Angka itu tidak termasuk lebih dari 700 kasus dan lima kematian dari kapal pesiar karantina Diamond Princess yang berlabuh dekat Tokyo.