kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Virus corona yang sangat menular menyerang, Myanmar lockdown Kota Sittwe


Jumat, 21 Agustus 2020 / 17:10 WIB
Virus corona yang sangat menular menyerang, Myanmar lockdown Kota Sittwe
ILUSTRASI. Warga mengantre untuk membayar di kasir, setelah Kementerian Kesehatan dan Olahraga Myanmar mengumumkan dua kasus virus corona, di sebuah pusat perbelanjaan di Yangon, Myanmar, Senin (23/3/2020).


Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - BANGKOK. Myanmar telah mengunci ibu kota Negara Bagian Rakhine yang dilanda konflik, setelah muncul wabah virus corona baru yang menurut para pejabat lebih menular dari yang sebelumnya terlihat di negara itu.

Sebanyak 19 orang positif terkena virus corona di wilayah Barat Myanmar sejak Senin (17/8). Ini merupakan penularan lokal pertama di Myanmar dalam beberapa bulan terakhir, sehingga total kasus menjadi 409.

Myat Htut Nyunt, Wakil Direktur Departemen Penelitian Medis Myanmar, mengatakan, jenis virus itu sama dengan mutasi yang terdeteksi awal pekan ini di Malaysia, yang telah ditemukan di Eropa, Amerika Utara, dan beberapa bagian Asia, serta lebih menular.

"Jadi, kami ingin memberi tahu orang-orang bahwa virus jenis ini memiliki tingkat penularan yang lebih cepat," kata Nyunt, Jumat (21/8), seperti dikutip Reuters.

Baca Juga: Seluk-beluk D614G, virus corona yang bermutasi jadi 10 kali lebih menular

Sebagian besar kasus baru-baru ini terjadi di Kota Sittwe. Pemerintah setempat telah mengeluarkan perintah tinggal di rumah dan memberlakukan jam malam. Maskapai domestik menangguhkan layanan antara Sittwe dan Yangon.

Puluhan ribu orang tinggal di kamp-kamp pengungsian di seluruh Rakhine karena pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak etnis.

Sittwe juga merupakan rumah bagi kamp-kamp dengan sekitar 100.000 Muslim Rohingya telah dikurung sejak pecahnya kekerasan pada  2012. Warga Rohingya sebagian besar ditolak kewarganegaraannya dan menghadapi pembatasan ketat atas kebebasan bergerak dan akses ke perawatan kesehatan.

Kyaw Hla, pemimpin komunitas di salah satu kamp, ​​mengungkapkan, staf pemerintah telah berkunjung pada Jumat (21/8), tetapi kondisinya terlalu buruk untuk mengikuti saran tentang jarak sosial dan kebersihan.

Baca Juga: Ditemukan di Singapura dan Malaysia, virus corona bermutasi 10 kali lebih menular

"Tidak boleh tinggal di sini, di ruangan kecil dengan banyak orang. Kami selalu memiliki kekhawatiran di kamp, ​​Covid-19 atau masalah lainnya. Keluarga tinggal di kamar berukuran 8 kali 10 kaki atau 8 kaki kali 14 kaki. Tidak akan menjadi lebih baik," ungkapnya.




TERBARU

[X]
×