Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Langkah seperti itu, jika benar-benar terjadi, dapat membuka era baru uji coba nuklir berkekuatan besar.
Robert Floyd, ketua Organisasi Pelarangan Uji Coba Nuklir Komprehensif, mengutuk langkah Rusia.
“Keputusan Federasi Rusia hari ini untuk mencabut ratifikasi Perjanjian Pelarangan Uji Coba Nuklir Komprehensif sangat mengecewakan dan sangat disesalkan,” jelas Floyd.
Floyd mengaku telah mencoba melobi pejabat senior Rusia agar mereka berubah pikiran.
Perjanjian tersebut membentuk jaringan pos pengamatan global yang dapat mendeteksi suara, gelombang kejut, atau dampak radioaktif dari ledakan nuklir.
Rusia pasca-Soviet belum melakukan uji coba nuklir. Uni Soviet terakhir melakukan uji coba pada tahun 1990 dan Amerika Serikat pada tahun 1992. Tidak ada negara kecuali Korea Utara yang melakukan uji coba yang melibatkan ledakan nuklir pada abad ini.
Baca Juga: Salahkan Barat atas Krisis Gaza, Vladimir Putin: AS Butuh Kekacauan Global
Andrey Baklitskiy, peneliti senior di Institut Penelitian Perlucutan Senjata PBB, mengatakan deratifikasi CTBT yang dilakukan Rusia adalah bagian dari “lereng licin” untuk melanjutkan pengujian.
Hal ini merupakan bagian dari tren yang meresahkan dalam beberapa tahun terakhir dimana pakta pengendalian senjata dibatalkan atau ditangguhkan, katanya bulan lalu di X.
“Kami tidak tahu langkah apa yang akan diambil dan kapan, tapi kami tahu di mana jalan ini berakhir. Dan kami tidak ingin pergi ke sana,” ujarnya.