Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Malaysia melaporkan 220 pasien lagi yang pulih sepenuhnya dari virus corona baru pada Selasa (14/4). Sehingga, total pemulihan menjadi 2.478, hampir 50% dari total kasus positif.
Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Noor Hisham Abdullah dalam konferensi pers mengatakan, jumlah pasien yang sembuh dari virus corona kembali melebihi kasus baru Covid-19 di Malaysia.
“Pada pukul 12 siang Selasa (14/4), ada 170 kasus baru, sehingga jumlah kasus positif menjadi 4.987. Sebanyak 60 orang dirawat di Unit Perawatan Intensif (ICU) dan 30 dari mereka membutuhkan ventilator," katanya seperti dikutip Channelnewsasia.com.
Baca Juga: Tembus 3.000 kasus corona, Singapura dalam situasi kritis
Tapi, Noor Hisham mengumumkan, ada lima kematian akibat virus corona. Alhasil, jumlah yang meninggal jadi 82 orang. Empat di antaranya warga Malaysia yang menderita diabetes, ginjal, tekanan darah tinggi, atau jantung.
Noor Hisham menegaskan, mereka yang memiliki penyakit yang sudah ada sebelum terjangkit Covid-19 lebih cenderung mempunyai virus yang membawa dampak yang fatal.
Kementerian Kesehatan, Noor Hisham menambahkan, berencana untuk menambah lima laboratorium lagi untuk meningkatkan kapasitas pengujian harian, dari 11.500 saat ini menjadi 16.500 per hari.
"Kami berencana menambah lima laboratorium lagi di Tawau, Miri, Bintulu, Sandakan, dan Kluang," ujarnya. Saat ini, ada 43 laboratorium yang menguji sampel virus corona setiap hari.
Pada 7 April lalu, Noor Hisham menyebutkan, Malaysia melakukan 9.000 hingga 10.000 tes virus setiap hari, dan kapasitas pengujian maksimum berada di angka 11.500 per hari.
Baca Juga: WHO: 90% kasus virus corona datang dari Eropa dan Amerika Serikat
Dia menjelaskan, tes RT-PCR untuk mendeteksi Covid-19 membutuhkan setidaknya enam jam. Tapi, dengan volume yang banyak, waktu pemrosesan melampaui 24 jam, kadang-kadang lebih dari 48 jam. Itu tidak termasuk waktu untuk membawa sampel ke lab.
Malaysia sudah menguji alat tes cepat dari China dan Korea Selatan. Namun, menurut Noor Hisham, tidak ada yang bisa memberikan hasil yang pemerintah inginkan, karena keduanya hanya memberikan akurasi 50% dibanding target 70%.