Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Jepang, di sisi lain, mengatakan telah memberikan penjelasan rinci yang didukung oleh bukti ilmiah oleh negara-negara tetangganya, menurut The Independent.
Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Mariano Grossi menyatakan dukungan untuk metode yang dipilih Jepang, dengan mengatakan bahwa secara teknis layak dan sejalan dengan praktik internasional.
Sekilas tentang aksi Jepang
Mengutip Sydney Morning Herald, 12 tahun setelah tsunami melanda pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi Jepang, yang memicu bencana kemanusiaan dan lingkungan, air yang terkontaminasi yang digunakan untuk membantu mencegah bencana lebih lanjut akan dilepaskan ke Samudera Pasifik.
Lebih dari 1 juta ton air radioaktif, setara dengan yang dibutuhkan untuk mengisi 500 kolam renang berukuran Olimpiade, telah disimpan dan diolah di pabrik tersebut sejak bencana tahun 2011 setelah digunakan untuk mendinginkan reaktor yang rusak.
Tetapi pabrik tidak dapat menyimpan air selamanya, dan risiko kebocoran yang dipicu oleh peristiwa cuaca di masa depan merupakan ancaman yang terlalu besar, sehingga Jepang baru saja diberi lampu hijau untuk mulai menyalurkan air ke Samudra Pasifik.
Apakah ini aman?
Bencana melanda pantai timur laut Jepang pada Maret 2011, ketika gempa bumi dahsyat dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 18.500 orang.
Bencana alam kembar menyebabkan kehancuran tiga kali lipat di pabrik Fukushima. Untuk menonaktifkan situs sepenuhnya, lebih dari 1 juta meter kubik air olahan harus dilepaskan.
Ini adalah jumlah air yang sangat besar yang pada akhirnya harus dibuang ke suatu tempat. Lebih dari 1000 tank dibangun untuk menyimpannya di pabrik, tetapi mereka akan mencapai kapasitasnya pada tahun 2024.
Baca Juga: Panic Buying Pertalite Melanda Sejumlah SPBU, Bagaimana stoknya saat ini?
Otoritas Jepang telah memberikan izin pabrik untuk melepaskan air selama beberapa dekade ke Samudra Pasifik, tetapi minggu ini dua keputusan internasional yang penting akan memastikan lampu hijau atas aksi Jepang tersebut.
Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional, Rafael Grossi, mengunjungi Jepang untuk menyerahkan laporan akhir yang menegaskan keamanan proses dan pertemuan dengan para pejabat dan Menteri Luar Negeri Yoshimasa Hayashi. Penilaian lebih lanjut juga diharapkan dari regulator nuklir domestik.
Regulator internasional menemukan bahwa rencana tersebut akan memenuhi standar internasional dan dampak lingkungan dan kesehatannya dapat diabaikan. Grossi mengatakan dia sangat yakin tentang evaluasi yang komprehensif, netral, objektif, dan masuk akal secara ilmiah dari rencana tersebut.
Baca Juga: Jamin Ketersediaan Bahan Pangan Pokok, Kementan Minta Warga Tak Panik