Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - GAZA/JERSALEM. Ribuan warga Palestina melarikan diri dari wilayah Utara Jalur Gaza pada Sabtu (14/10), di mana diperkirakan akan menjadi sasaran serangan darat Israel.
Sementara Israel menggempur wilayah tersebut dengan lebih banyak serangan udara dan mengatakan akan tetap membuka dua jalan untuk memungkinkan warga melarikan diri.
Israel telah memberikan waktu kepada seluruh penduduk di bagian utara Jalur Gaza, mencakup pemukiman terbesar di daerah kantong tersebut, Kota Gaza, hingga Sabtu pagi untuk pindah ke Selatan.
Semalam, Israel mengumumkan bahwa mereka akan menjamin keamanan warga Palestina yang melarikan diri dari daerah tersebut melalui dua jalan utama hingga pukul 16:00 waktu setempat.
"Di sekitar Jalur Gaza, tentara cadangan Israel dalam formasi (sedang) bersiap-siap untuk tahap operasi berikutnya," kata juru bicara militer Israel Letnan Kolonel Jonathan Conricus dalam sebuah pengarahan video pada Sabtu pagi.
Baca Juga: Siapa Itu Hamas? Simak Asal-Usul, Tujuan, dan Para Pendukungnya
"Mereka ada di seluruh Jalur Gaza, di selatan, di tengah dan di utara, dan mereka mempersiapkan diri untuk target apa pun yang mereka dapatkan, tugas apa pun."
Di lingkungan Tel Al-Hawa di Kota Gaza, bagian dari wilayah yang diperintahkan Israel untuk dievakuasi, pesawat-pesawat tempur mengebom sebuah daerah pemukiman pada malam hari, menghantam beberapa rumah, menurut penduduk yang mengunggah di platform media sosial.
Ratusan penduduk di daerah tersebut berlindung di rumah sakit Quds terdekat dan berencana untuk bergabung dengan mereka yang mengungsi ke selatan pada pagi hari.
"Kami mengalami malam yang mengerikan. Israel menghukum kami karena tidak mau meninggalkan rumah kami. Adakah kebrutalan yang lebih buruk dari ini?", seorang ayah dari tiga orang anak mengatakan kepada Reuters melalui telepon dari rumah sakit, menolak menyebutkan namanya karena takut akan pembalasan.
"Saya tidak akan pernah pergi, saya lebih memilih untuk mati dan tidak pergi, tapi saya tidak bisa melihat anak-anak istri saya mati di depan mata saya. Kami tidak berdaya."
Di Khan Younis, di Jalur Gaza Selatan, pesawat-pesawat Israel menghantam sebuah bangunan berlantai empat, menewaskan dan melukai beberapa orang.
Puluhan warga Palestina bergegas ke sana untuk membantu menyelamatkan orang-orang yang terjebak di reruntuhan.
"Ini adalah genosida, bukan perang, ini genosida. Dan ini adalah upaya untuk menggusur penduduk Jalur Gaza, tapi ini tidak akan terjadi," kata seorang warga, Mohammad Sadeq.
Baca Juga: Israel Diduga Gunakan Bom Fosfor di Permukiman Warga Sipil Palestina
"Para martir terjebak di bawah reruntuhan dan sampai sekarang baik kami maupun petugas medis atau pertahanan sipil tidak dapat mengeluarkan mereka."
Ini Baru Permulaan
Israel telah bersumpah untuk memusnahkan kelompok militan Hamas yang menguasai Gaza sebagai pembalasan atas serangan yang dilakukan oleh para pejuang kelompok tersebut. Buntut penyerangan kota-kota Israel seminggu yang lalu, menewaskan 1.300 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera sejumlah sandera.
Sejak saat itu, Israel mengepung Jalur Gaza yang dikuasai Hamas, yang merupakan rumah bagi 2,3 juta warga Palestina dan membombardirnya dengan serangan udara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Pihak berwenang Gaza mengatakan lebih dari 1.900 orang telah terbunuh, seperempatnya adalah anak-anak.
Jalur Gaza sudah menjadi salah satu daerah yang paling padat di dunia dan perintah evakuasi Israel untuk bagian Utara berarti mereka yang melarikan diri ke Selatan terpaksa berlindung di rumah kerabat dan teman, di sekolah atau di apartemen yang disewa dengan tergesa-gesa.
Baca Juga: Putin: Konflik di Timur Tengah Terjadi Karena Kebijakan Politik AS
Israel mengatakan bahwa perintah untuk pergi hanya bersifat sementara dan merupakan tindakan kemanusiaan untuk melindungi warga dari bahaya sementara mereka membasmi para pejuang Hamas yang bercokol di Kota Gaza.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan bahwa begitu banyak orang tidak dapat dipindahkan dengan aman ke dalam daerah kantong yang terkepung itu tanpa menyebabkan bencana kemanusiaan.
Hamas telah bersumpah untuk bertempur hingga titik darah penghabisan dan mengatakan bahwa perintah untuk pergi adalah sebuah tipuan untuk memaksa penduduk meninggalkan rumah mereka. Masjid-masjid di Kota Gaza mengumandangkan seruan agar warga tetap tinggal.
Pihak berwenang Gaza mengatakan 70 orang tewas dan 200 lainnya luka-luka ketika Israel menyerang mobil dan truk yang mengangkut orang-orang yang melarikan diri dari bagian utara Jalur Gaza ke selatan pada hari Jumat. Reuters tidak dapat secara independen memverifikasi insiden tersebut.
"Kami menyerang musuh-musuh kami dengan kekuatan yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam sebuah pernyataan langka yang disiarkan di televisi setelah hari Sabat Yahudi dimulai pada hari Jumat.
"Saya tekankan bahwa ini hanyalah permulaan."
Baca Juga: Zelenskiy: Hamas Adalah Organisasi Teroris, Rusia Adalah Negara Teroris
Conricus, juru bicara militer mengatakan "Tujuan akhir dari perang ini adalah kami akan menghancurkan Hamas dan kemampuan militernya dan secara fundamental mengubah situasi sehingga Hamas tidak akan pernah lagi memiliki kemampuan untuk menimbulkan kerusakan pada warga sipil atau tentara Israel."
Militer Israel mengatakan pada hari Jumat bahwa pasukan yang didukung tank telah melakukan serangan untuk menghantam kru roket Palestina dan mengumpulkan informasi mengenai lokasi para sandera, yang merupakan laporan resmi pertama dari pasukan darat di Gaza sejak krisis dimulai.
Bahkan Perang pun Ada Aturannya
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa puluhan ribu warga Palestina menuju ke selatan dari Gaza utara setelah perintah Israel pada hari Jumat, menambah jumlah warga Gaza yang telah mengungsi pada awal pekan ini.
"Tidak ada koridor yang aman pada awalnya yang disediakan bagi orang-orang untuk mematuhi perintah untuk bergerak ke arah selatan. Ratusan orang, termasuk keluarga, harus mengungsi dengan berjalan kaki. Ada kekhawatiran mengenai ketahanan pangan, dan akses terhadap air, tempat tinggal, dan perawatan kesehatan bagi para pengungsi baru," kata kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB dalam sebuah update.
Baca Juga: Update Korban Perang Hamas vs Israel, 2.837 Orang Tewas, Rumah Warga Palestina Hancur
Dikatakan bahwa pihaknya tidak lagi menganggap tempat PBB di bagian utara Gaza sebagai tempat yang harus dilindungi.
PBB dan badan-badan lain telah meminta Israel untuk mencabut pengepungan total terhadap Gaza sehingga bantuan dapat masuk.
"Kami membutuhkan akses kemanusiaan segera ke seluruh Gaza, sehingga kami dapat menyalurkan bahan bakar, makanan, dan air kepada semua orang yang membutuhkan," kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada hari Jumat. "Bahkan perang pun ada aturannya."
Amerika Serikat (AS) dengan tegas mendukung sekutunya, Israel, namun menyerukan agar tidak ada korban sipil.
Presiden Joe Biden mengatakan bahwa mengatasi krisis kemanusiaan adalah prioritas utama. Tim AS di wilayah tersebut bekerja sama dengan Israel, Mesir, Yordania, pemerintah Arab lainnya dan Perserikatan Bangsa-Bangsa, katanya.
Baca Juga: Kemenlu: 231 WNI Dievakuasi dari Israel Sudah Tiba di Tanah Air
"Mayoritas warga Palestina tidak ada hubungannya dengan Hamas dan serangan-serangan Hamas yang mengerikan," ujar Biden dalam pidatonya.
"Dan mereka juga menderita sebagai akibatnya."