kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,40   8,81   0.99%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Warning WHO: Kasus virus corona melonjak di negara-negara besar, terutama Brasil


Selasa, 23 Juni 2020 / 06:37 WIB
Warning WHO: Kasus virus corona melonjak di negara-negara besar, terutama Brasil
ILUSTRASI. Logo WHO. REUTERS/Denis Balibouse


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JENEWA/ZURICH. Kasus virus corona terus melonjak di beberapa negara besar secara bersamaan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), peningkatan yang mengkhawatirkan terjadi di Amerika Latin, terutama Brasil.

Melansir Reuters, menurut ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dunia mencatat lebih dari 183.000 kasus virus corona baru pada hari Minggu (21/6/2020). Ini merupakan kasus infeksi terbesar dalam satu hari sejak wabah dimulai pada bulan Desember.

"Tentu saja jumlahnya meningkat karena epidemi berkembang di sejumlah negara berpenduduk pada saat yang sama dan di seluruh dunia," pakar darurat WHO, Mike Ryan, mengatakan pada briefing online.

Baca Juga: Angka kematian virus corona di AS melampaui 120.000, hot spot baru bermunculan

Dia menambahkan, "Beberapa peningkatan itu mungkin disebabkan oleh peningkatan pengujian ... Dan tentu saja negara-negara seperti India menguji lebih banyak. Tetapi kami tidak percaya bahwa ini adalah fenomena pengujian."

Kasus global melampaui 9 juta pada hari Senin, dengan Amerika Serikat, Cina dan negara-negara lain yang terkena dampak parah juga melaporkan wabah baru, menurut penghitungan Reuters.

Baca Juga: Kasus corona sudah lampaui 9 juta orang di dunia

Ryan mengatakan telah terjadi lonjakan kasus di Chili, Argentina, Kolombia, Panama, Bolivia dan Guatemala, serta Brasil, yang telah melewati angka 1 juta - nomor kedua setelah Amerika Serikat - dan melaporkan rekor 54.000 kasus di Amerika Serikat pada 24 jam sebelumnya.

Dia mengatakan, lonjakan kasus baru di Brasil mungkin mencerminkan perubahan dalam sistem pelaporan. Akan tetapi, dia menambahkan:

“Masih ada tes yang relatif rendah per populasi, dan tingkat kepositifan untuk pengujian secara keseluruhan masih cukup tinggi. Dari perspektif itu, kita akan mengatakan bahwa tren ini tidak mencerminkan pengujian menyeluruh, tetapi mungkin kurang memperkirakan jumlah kasus yang sebenarnya. "

1.000 kematian per hari

Negara terbesar di Amerika Latin, Brasil, telah sering mencatat lebih dari 1.000 kematian sehari selama sebulan terakhir.

Presiden Brasil Jair Bolsonaro, yang terkadang disebut "Tropical Trump", telah banyak dikritik karena penanganannya terhadap krisis. Negara itu masih belum memiliki menteri kesehatan permanen setelah kehilangan dua menteri sejak April, menyusul bentrokan dengan sang presiden.

Baca Juga: Punya efek berbahaya, Singapura tak rekomendasikan dexamethasone untuk pasien corona

Bolsonaro tidak mau menerapkan kebijakan jarak sosial, dan menyebutnya sebagai tindakan yang mematikan lapangan pekerjaan sehingga lebih berbahaya daripada virus itu sendiri. Dia juga mempromosikan dua obat anti-malaria - kloroquin dan hidroksi kloroquine - sebagai obat Covid-19, meskipun kurangnya bukti bahwa obat itu dapat bekerja dalam mengobati virus corona.

Mengutip Reuters, Ryan mengatakan ada "peningkatan besar" dalam beberapa kasus di sejumlah negara bagian AS.

Baca Juga: Korsel: Selama masih ada kontak jarak dekat, infeksi corona akan terus berlanjut

“Saya tidak 100% yakin tentang profil usia, tetapi saya telah melihat laporan bahwa beberapa di antaranya adalah orang yang lebih muda. Itu mungkin mencerminkan fakta bahwa orang yang lebih muda lebih mobile dan mereka keluar dan mengambil keuntungan dari pengurangan pembatasan gerakan.

"Yang jelas, kenaikan itu tidak sepenuhnya dijelaskan hanya dengan peningkatan pengujian."

WHO juga mengatakan khawatir tentang Jerman, di mana tingkat reproduksi virus mencapai 2,88 pada hari Minggu, jauh di atas tingkat maksimum satu transmisi per orang yang diperlukan untuk mengatasi penyakit dalam jangka panjang.

Baca Juga: Belum separuh dari target, angka rapid test di Indonesia baru 11.000 orang per hari

Tedros mengatakan, kurangnya kepemimpinan global dan persatuan dalam memerangi virus adalah ancaman yang lebih besar daripada wabah itu sendiri. Bahkan politisasi telah membuat pandemi semakin buruk.

Baca Juga: UPDATE corona di Jakarta, Senin 22 Juni positif 9.957, sembuh 5.128, meninggal 618

WHO telah mendapatkan kritik oleh beberapa negara anggota, terutama Amerika Serikat, yang mengatakan organisasi itu terlalu lemah, terlalu lambat dan terlalu "China-sentris" dalam menangani penyakit corona pada awal penyebarannya.




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×