Sumber: Channel News Asia | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - OSLO. Saat menerima Hadiah Nobel Perdamaian dalam acara yang berlangsung secara daring pada Kamis (10/120, Program Pangan Dunia (WFP) memperingatkan tentang "pandemi kelaparan" yang mereka katakan bisa lebih buruk dari pandemi virus corona baru.
"Karena begitu banyak perang, perubahan iklim, meluasnya penggunaan kelaparan sebagai senjata politik dan militer, dan pandemi kesehatan global yang membuat semua itu semakin buruk, 270 juta orang berbaris menuju kelaparan," kata Direktur Eksekutif WFP David Beasley.
"Kegagalan memenuhi kebutuhan mereka akan menyebabkan pandemi kelaparan yang akan mengecilkan dampak Covid-19," ujar dia sambil melepas masker wajahnya untuk menyampaikan pernyataannya dari markas besar WFP di Roma, seperti dikutip Channel News Asia.
Baca Juga: PBB: Tahun ini, 2020, telah menjadi tahun yang tiada duanya
Organisasi kemanusiaan terbesar di dunia yang memerangi kelaparan, badan PBB yang berdiri pada 1961, tersebut memberi makan puluhan juta orang setiap tahun, 97 juta orang pada 2019, di semua benua.
WFP mendapat Nobel Perdamaian atas upayanya "mencegah penggunaan kelaparan sebagai senjata perang dan konflik", Ketua Komite Nobel Berit Reiss-Andersen mengatakan saat mengumumkan pemenang Nobel Perdamaian pada 9 Oktober.
Seruan untuk bertindak
"Dengan kecenderungan nasionalis yang menguasai seluruh dunia, WFP merepresentasikan jenis kerjasama internasional dan komitmen yang sangat dibutuhkan dunia saat ini," kata Reiss-Andersen, Kamis (10/12), yang berbicara dari Institut Nobel di Oslo.
Pandemi virus corona telah memaksa Komite Nobel untuk mengurangi perayaan penyerahan hadiah seminimal mungkin, baik di Oslo di mana Nobel Perdamaian diumumkan dan diberikan maupun di Stockholm, yang menjadi tuan rumah Nobel Kedokteran, Fisika, Kimia, Sastra, dan Ekonomi.
Baca Juga: Kim Jong Un hukum warganya yang buang-buang makanan
"Hadiah Nobel Perdamaian ini lebih dari sekadar ucapan terima kasih. Ini adalah seruan untuk bertindak," ungkap Beasley. "Kelaparan ada di depan pintu umat manusia dan makanan adalah jalan menuju perdamaian".
"Kami berdiri pada momen paling ironis dalam sejarah modern," sebut Beasley. "Di satu sisi, setelah satu abad langkah besar dalam memberantas kemiskinan ekstrem, hari ini 270 juta tetangga kita berada di ambang kelaparan".