Sumber: Al Jazeera | Editor: Khomarul Hidayat
WHO juga percaya bahwa tes serologis yang saat ini digunakan untuk mencari keberadaan antibodi perlu validasi tambahan untuk menentukan akurasi dan reliabilitasnya.
Secara khusus, tes harus dapat membedakan antara respons imun terhadap virus corona dari antibodi yang dihasilkan selama infeksi.
Baca Juga: Sarankan pengobatan suntik disinfektan ke tubuh, Donald Trump dicerca komunitas medis
"Orang yang terinfeksi satu atau yang lain dari virus ini mampu menghasilkan antibodi yang berinteraksi dengan antibodi yang dihasilkan dalam menanggapi infeksi yang disebabkan oleh SARS-CoV-2," sebut WHO.
Caryn Bern, profesor epidemiologi dan biostatistik di Fakultas Kedokteran Universitas California San Francisco, bekerja dengan tim untuk menyelidiki keefektifan tes antibodi.
"Data kami tampaknya menunjukkan bahwa beberapa tes yang digunakan dapat memberikan gambaran yang cukup akurat tentang paparan dan infeksi tingkat populasi. Yang belum kita ketahui adalah apakah jenis antibodi, IGM dan IGG, berkorelasi dengan antibodi yang akan menjadi pelindung terhadap infeksi di masa depan yang umumnya disebut antibodi penawar. Itu adalah pekerjaan yang masih perlu dilakukan, "katanya kepada Al Jazeera.
Baca Juga: Iklim tropis menguntungkan Indonesia, Jokowi minta masyarakat tetap waspada corona