Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Ghebreyesus pun mengungkapkan rasa frustrasinya, karena sebagian besar dari vaksin Covid-19 hanya menjangkau beberapa negara. Dia menyebut ketidakadilan vaksin sebagai "kegagalan moral" dan "merusak secara epidemiologis dan ekonomis."
Pakar kesehatan telah menunjukkan bahwa tingkat vaksinasi yang rendah di wilayah tertentu di dunia memungkinkan virus menyebar, dan meningkatkan kemungkinan pembentukan mutasi baru.
Walaupun vaksin yang ada masih efektif melawan mutasi saat ini, semakin banyak mutasi yang muncul maka virus bisa lolos dari kekebalan vaksin.
Jika itu terjadi, Ghebreyesus memperingatkan bahwa vaksin baru harus dikembangkan dan seluruh dunia harus divaksin ulang. Adapun untuk mencapai target vaksinasi global, 70 persen dari populasi setiap negara diperlukan sekitar 11 miliar dosis vaksin Covid-19, menurut Ghebreyesus melansir Newsweek pada Sabtu (24/7/2021).
Baca Juga: Tracer digital jadi upaya peningkatan tracing sesuai standar WHO
Untuk segera mengisi kesenjangan pasokan vaksin Covid-19, Ghebreyesus mengatakan negara-negara kaya perlu mulai berbagi dosis daripada menimbun jika diperlukan dosis booster. Namun itu hanya solusi jangka pendek.
Dunia kata dia, perlu "secara dramatis" meningkatkan jumlah vaksin yang sedang diproduksi untuk membantu negara-negara berpenghasilan rendah.
Baca Juga: Kasus melonjak, China catat infeksi COVID-19 tertinggi sejak akhir Januari
"Ada banyak penyakit yang membuat kita kekurangan vaksin, tes yang baik, dan perawatan yang efektif. Tidak demikian untuk Covid-19. Kita memiliki semua alat yang dibutuhkan," kata Ghebreyesus.
"Itu berarti mengakhiri pandemi pada dasarnya bukanlah ujian penemuan ilmiah, kekuatan finansial, atau kecakapan industri; ini adalah ujian karakter."
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "WHO: Pandemi Covid-19 Belum Berakhir Setidaknya hingga Pertengahan 2022"
Penulis : Bernadette Aderi Puspaningrum
Editor : Bernadette Aderi Puspaningrum