kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

WHO sangat cemas akan lonjakan Covid-19 di Eropa, mengapa demikian?


Senin, 22 November 2021 / 07:25 WIB
WHO sangat cemas akan lonjakan Covid-19 di Eropa, mengapa demikian?
ILUSTRASI. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) "sangat khawatir" tentang penyebaran Covid di Eropa. REUTERS/Ralph Orlowski


Sumber: Yahoo News | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - LONDON. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) "sangat khawatir" tentang penyebaran Covid di Eropa. Pasalnya, kasus dan kematian melonjak menjelang musim dingin.

Melansir Yahoo News, Dr Hans Kluge, direktur regional WHO, memperingatkan bahwa setengah juta lebih banyak orang mungkin meninggal akibat virus pada Maret tahun depan jika negara-negara Eropa tetap melanjutkan "bisnis seperti biasa".

Dia mengatakan, faktor musim dingin ditambah dengan dominasi varian Delta yang lebih menular, telah meningkatkan tingkat ancaman akan pandemi di Benua Biru. 

Apalagi ditambah fakta bahwa terlalu banyak orang yang rentan terhadap virus karena tidak divaksinasi atau kehilangan perlindungan sebagai akibat dari lamanya waktu vaksinasi sejak suntikan vaksin terakhir mereka.

Dr Kluge mengatakan, virus itu rata-rata membunuh satu orang setiap 15-20 menit di wilayah Eropa, yang mencakup seluruh benua dan mencakup beberapa negara Asia Tengah seperti Uzbekistan dan Turkmenistan.

Baca Juga: 11 Jenis vaksin Covid-19 yang resmi digunakan di Indonesia, terbaru ada Covovax

“Covid-19 sekali lagi menjadi penyebab kematian nomor satu di wilayah kami,” katanya kepada BBC.

Dr Kluge mengatakan penyebaran dapat diatasi dengan langkah-langkah termasuk pemakaian masker, yang dapat dilakukan segera, dan meningkatkan penggunaan vaksin.

"Negara-negara harus memastikan tidak ada hambatan akses untuk vaksinasi," katanya.

Ditanya apakah menurutnya negara-negara harus memberlakukan wajib vaksinasi, setelah Austria mengumumkan akan melakukannya mulai Februari tahun depan, Dr Kluge mengatakan tindakan seperti itu harus menjadi langkah terakhir jika tak ada pilihan lain. 

Baca Juga: Efek samping vaksin Covovax, vaksin Covid-19 yang baru dapat izin darurat BPOM

Namun dia mengatakan, sikap publik akan terus berkembang dan pada saatnya akan ada perdebatan mengenai kebijakan semacam itu.

Namun, menurutnya, Kartu Pass Covid, dapat berguna dalam memperlambat penyebaran. "Kartu itu bukan untuk pembatasan kebebasan, melainkan alat untuk menjaga kebebasan individu kita," tegas Dr Kluge.

Mengutip informasi dari Yahoo News, virus ini telah muncul kembali di Eropa dalam beberapa pekan terakhir, sehingga membuat beberapa negara memberlakukan kembali pembatasan yang telah dicabut beberapa bulan lalu. WHO menyatakan awal bulan ini bahwa Eropa kembali menjadi pusat pandemi.

Di beberapa negara Eropa timur di mana tingkat vaksinasi terbilang rendah sehingga meningkatkan angka kematian akibat virus, pembatasan baru diterapkan pada mereka yang tidak divaksinasi.

Republik Ceko telah memberlakukan penguncian efektif pada orang-orang yang tidak divaksinasi. Sedangkan Slovakia telah melarang mereka yang tidak melakukan vaksinasi dari pertemuan umum dan berkunjung ke toko-toko yang tidak penting.

Baca Juga: WHO: Eropa satu-satunya wilayah dengan lonjakan angka kematian Covid-19

Austria – yang melaporkan kasus harian lima kali lebih banyak dari bulan lalu – kemarin memberlakukan kembali penguncian penuh. Sedangkan Jerman sedang mempertimbangkan untuk mengikutinya.

Penguncian sebagian dan rencana pembatasan lebih lanjut di Belanda disambut dengan kerusuhan hebat pada hari Jumat di Rotterdam.

Di Inggris, di mana infeksi tetap tinggi tetapi belum melonjak, pemerintah menolak penerapan kembali langkah-langkah pembatasan pergerakan dan tidak membuat aturan perjalanan ke seluruh Eropa.

Selanjutnya: Waspada, tren peningkatan kasus mingguan Covid-19 global terus berlanjut




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×