Sumber: Channel News Asia | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - JENEWA. Dengan hampir 200 juta orang mengidap COVID-19, WHO mengatakan pada Rabu (4 Agustus), sangat prihatin dengan jumlah tak diketahui yang masih menderita COVID-19 yang berkepanjangan alias Long COVID-19.
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mendesak orang-orang yang berjuang dengan dampak setelah negatif dari COVID-19, meskipun telah pulih dari fase akut, untuk mencari bantuan medis.
Long COVID-19 menjadi salah satu aspek pandemi yang paling misterius.
"Sindrom pasca-COVID ini, atau Long COVID, adalah sesuatu yang sangat dikhawatirkan oleh WHO," kata Maria Van Kerkhove, Pemimpin Teknis COVID-19 di WHO, mengatakan pada konferensi pers.
"WHO memastikan, kami memiliki pengakuan atas ini (Long COVID-19), karena ini nyata," ujar dia, seperti dikutip Channel News Asia.
Baca Juga: WHO serukan moratorium booster vaksin COVID-19, ini alasannya
Ada 200 gejala Long Covid
Menurut Van Kerkhove, tentang mereka yang terinfeksi SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan penyakit COVID-19, "banyak yang menderita efek jangka panjang".
"Kami tidak tahu berapa lama efek ini bertahan dan kami bahkan sedang mengerjakan definisi kasus untuk lebih memahami dan menggambarkan apa sindrom pasca-COVID ini," ungkap Van Kerkhove.
Dia menyebutkan, WHO sedang bekerja untuk memiliki program rehabilitasi yang lebih baik untuk penderita Long COVID-19.
Ditambah, penelitian yang lebih luas untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang sindrom ini dan bagaimana hal itu bisa dikelola.
Baca Juga: Peringatan WHO: Minggu ini, kasus COVID-19 global bisa melebihi 200 juta
Sedikit yang diketahui tentang mengapa beberapa orang, setelah melewati fase akut, berjuang untuk pulih dan menderita gejala yang berkelanjutan, termasuk sesak napas, kelelahan ekstrem, kabut otak serta gangguan jantung dan neurologis.
Janet Diaz, Pemimpin Perawatan Klinis dalam Program Kedaruratan WHO yang memimpin upaya Long COVID-19, mengatakan, ada lebih dari 200 gejala yang dilaporkan. Termasuk nyeri dada, kesemutan, dan ruam.
Diaz bilang, beberapa pasien memiliki gejala yang berlanjut dari fase akut. Yang lain menjadi lebih baik dan kemudian kambuh, dengan kondisi yang bisa datang dan pergi. Sementara yang lain punya gejala yang baru muncul setelah sembuh dari fase akut.
Menurut Diaz, beberapa orang memiliki kondisi pasca-COVID-19 selama tiga bulan, dan yang lain hingga enam bulan.
"Kami khawatir, mungkin ada sebagian kecil yang berlangsung hingga sembilan bulan, dan lebih lama dari itu," katanya, seperti dilansir Channel News Asia.