kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

World Economic Forum 2011 membahas pergeseran kekuatan ekonomi dunia


Jumat, 28 Januari 2011 / 11:52 WIB
World Economic Forum 2011 membahas pergeseran kekuatan ekonomi dunia


Reporter: Rizki Caturini | Editor: Rizki Caturini

DAVOS. Pertemuan tahunan para pemimpin politik dan pemimpin ekonomi dunia bertajuk World Economic Forum (WEF) kembali berlangsung di Davos, Switzerland. Acara ini berlangsung lima hari dan telah dimulai sejak Kamis 27 Januari 2011.

Sekitar 2.500 delegasi dari berbagai negara dan para pemimpin perusahaan besar di dunia hadir dalam forum internasional ini. "Forum kali ini akan membahas realitas baru mengenai pergeseran kekuasaan politik dan ekonomi serta kecepatan inovasi teknologi dari barat ke timur," kata Klaus Schwab penggagas acara World Economic Forum.

Sebab realita munculnya nama-nama beberapa negara seperti Brazil, Rusia, India dan China yang dikenal dengan sebutan BRIC country ini menjadi kekuatan baru dalam perekonomian dunia. Menurut catatan Bloomberg, negara-negara ini mampu menyumbang 22% dari kesepakatan bisnis global sebesar US$ 2,23 triliun pada 2010. Angka ini meningkat 80% dari tahun sebelumnya.

Perjanjian ekonomi antara BRIC country dan pesaing-pesaing di negara-negara barat akan meningkat dengan negara-negara seperti China dan India untuk mengamankan pasokan sumber daya alam untuk mendukung perkembangan ekonomi negara.

Target jumlah pengambil alihan aset dari BRIC country melonjak 66% pada 2010 dari 2005, dengan lebih dari 4.150 akuisisi. Pada kuartal keempat 2010 merupakan akuisisi tertinggi yang melibatkan BRIC country dengan nilai transaksi US$ 125,8 miliar.

"Sebab pasar di negara berkembang lebih cepat pulih dari krisis dan negara-negara barat mengandalkan pasar negara berkembang ini untuk mencetak keuntungan dan bisa terus bertahan. Kami akan melihat sebuah titik balik disini," kata Jeff Joeress Pemimpin Manpower Inc. yang berbasis di Milwaukee di sela-sela berlangsungnya WEF, Rabu (26/1).

Walaupun begitu, ekonom New York University Nouriel Roubini mengingatkan bahwa negara berkembang masih cukup beresiko saat ini. "Pertumbuhan jangka panjang sudah terlihat di beberapa negara seperti Brasil," katanya ketika diwawancarai di forum ini.
















Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×