kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Wow, BUMN China menangkan kontrak cetak mata uang asing banyak negara


Minggu, 19 Agustus 2018 / 11:22 WIB
Wow, BUMN China menangkan kontrak cetak mata uang asing banyak negara
ILUSTRASI. Kurs yuan China - dollar AS


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Perusahaan BUMN China berhasil memenangkan kontrak untuk mencetak mata uang asing. Hal ini sejalan dengan langkah China yang ingin meningkatkan pengaruhnya terhadap ekonomi dunia.

Sejumlah sumber di perusahaan Percetakan Uang Kertas China mengonfirmasi kepada South China Morning Post bulan lalu bahwa kapasitas pabrik produksi uang di seluruh negeri hampir penuh untuk memenuhi kuota yang sangat tinggi yang ditetapkan oleh pemerintah tahun ini.

Sebagian besar permintaan berasal dari peserta "Belt and Road Initiative". Seorang sumber yang tidak mau namanya disebut namanya karena kerahasiaan informasi, mengatakan pesanan uang kertas yuan China hanya "sebagian kecil dari pesanan".

Perusahaan milik negara, yang berkantor pusat di distrik Xicheng Beijing, menggambarkan perusahaannya sebagai pencetak uang terbesar di dunia berdasarkan skala. Dengan lebih dari 18.000 karyawan, perusahaan menjalankan lebih dari 10 fasilitas yang dijaga ketat untuk produksi uang kertas dan uang koin.

Sebaliknya, mitra AS, US Bureau of Engraving and Printing, hanya mempekerjakan sepersepuluh staf di dua pabrik mata uang. Sedangkan perusahaan pencetak uang nomor dua dunia, yakni perusahaan Inggris De La Rue, hanya memiliki 3.100 karyawan pada akhir tahun lalu.

Di China, meningkatnya pembayaran transaksi lewat ponsel dalam beberapa tahun terakhir secara signifikan telah mengurangi penggunaan dan permintaan uang kertas.

Dari kota-kota besar ke desa-desa terpencil, smartphone telah menjadi dompet digital warga. Sebagian besar transaksi di toko kelontong sekarang dilakukan secara digital, sehingga kerap membuat banyak pabrik percetakan kekurangan pekerjaan.

Namun, pada awal tahun ini, kondisi tiba-tiba berbalik.

Menurut seorang karyawan yang bekerja di Pabrik 604, pabrik kertas mata uang terbesar China di Baoding, provinsi Hebei, tiba-tiba mendapatkan "pesanan besar".

“Mesin kami terus berproduksi penuh selama berbulan-bulan,” menurut karyawan lain yang bekerja di fasilitas tersebut.

Pesanan yuan sedikit

Memang, datangnya pesanan yang tiba-tiba tersebut membuat pabrik bekerja keras untuk memenuhi pesanan. Pabrik kertas mata uang lain di Kunshan, provinsi Jiangsu, juga melaporkan kondisi serupa.

“Tahun lalu sangat buruk. Kami hampir tidak melakukan apa-apa. Kami tidak punya pilihan selain membuat surat nikah dan lisensi mengemudi untuk menjaga jalur produksi agar tidak berkarat. Tahun ini beban kerja sudah penuh,” kata seorang karyawan.

Karyawan itu juga mengaku, sebagian besar uang kertas yang dihasilkan pabrik itu bukan yuan. “Prosesnya berbeda. Kertas mata uang bervariasi dari satu negara ke negara lain dan setiap klien memiliki persyaratannya sendiri,” ceritanya.

Menurut Liu Guisheng, presiden China Banknote Printing and Minting, China tidak mencetak mata uang asing sampai saat ini.

Guisheng menceritakan, pada 2013, Beijing meluncurkan belt and road plan, yakni cetak biru pengembangan global yang melibatkan sekitar 60 negara dari Asia, Eropa hingga Afrika untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dengan investasi modal besar dan proyek pembangunan infrastruktur.

"Dua tahun kemudian, China mulai mencetak uang kertas 100 rupee untuk Nepal," tulis Liu dalam sebuah artikel di China Finance, jurnal dua bulanan yang dijalankan oleh bank sentral China pada bulan Mei.

Sejak saat itu, perusahaan berupaya merebut peluang dan berhasil memenangkan kontrak untuk proyek-proyek produksi mata uang di sejumlah negara, termasuk Thailand, Bangladesh, Sri Lanka, Malaysia, India, Brasil dan Polandia.

Sumber lain di perusahaan tersebut membisikkan, kondisi saat ini bisa menjadi puncak gunung es saja. Jumlah negara yang berencana untuk melakukan outsourcing pencetakan mata uang ke China bisa jauh lebih besar.

Beberapa negara bahkan telah meminta Beijing untuk tidak mempublikasikan kesepakatan mereka karena mereka khawatir bahwa informasi tersebut dapat membahayakan keamanan nasional atau memicu perdebatan yang tidak perlu di rumah sendiri.

Hu Xingdou, seorang profesor ekonomi di Institut Teknologi Beijing, mengatakan bahwa suatu negara harus memiliki kepercayaan yang cukup besar pada pemerintah China untuk memungkinkannya mencetak uang kertasnya.

“Lanskap ekonomi dunia tengah mengalami beberapa perubahan besar. Ketika China menjadi lebih besar dan lebih kuat, ia akan menantang sistem nilai yang didirikan oleh Barat. Mencetak uang untuk negara lain merupakan langkah penting. Mata uang adalah simbol kedaulatan suatu negara. Bisnis ini membantu membangun kepercayaan dan bahkan aliansi moneter,” kata Xingdou.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×