Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Nilai tukar dolar AS melemah pada Rabu (13/8/2025) setelah data inflasi AS yang jinak memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve bulan depan.
Sentimen terhadap dolar juga tertekan oleh langkah Presiden Donald Trump yang dinilai mengganggu independensi bank sentral.
Baca Juga: Trump Kritik CEO Goldman Sachs David Solomon terkait Riset Tarif AS
Data Selasa (12/8/2025) menunjukkan indeks harga konsumen (CPI) AS Juli hanya naik tipis, sesuai perkiraan, dengan dampak tarif impor besar-besaran Trump terhadap harga barang sejauh ini masih terbatas.
Pasar kini memprediksi 98% kemungkinan The Fed akan memangkas suku bunga pada September.
Dolar melemah 0,05% menjadi ¥147,76 terhadap yen, sementara euro stabil di US$ 1,1676. Indeks dolar AS berada di 98,08 setelah jatuh 0,5% sehari sebelumnya.
Hasil imbal obligasi AS juga turun seiring ekspektasi pemangkasan suku bunga, dengan yield tenor dua tahun di 3,7371% dan yield acuan 10 tahun di 4,2965%.
Baca Juga: Pergerakan Rupiah di Rabu (13/8) Menanti Data Ekonomi
Di luar data ekonomi, dolar AS turut terbebani kabar Trump mempertimbangkan gugatan hukum terhadap Ketua The Fed Jerome Powell terkait renovasi kantor pusat bank sentral di Washington.
Trump, yang sering mengkritik Powell karena tak segera memangkas suku bunga, juga menyerang CEO Goldman Sachs David Solomon atas proyeksi negatif dampak tarif terhadap ekonomi AS.
Pound sterling menguat tipis 0,03% ke US$ 1,3504 setelah data pasar tenaga kerja Inggris menunjukkan pelemahan lanjutan meski pertumbuhan upah tetap kuat.
Baca Juga: Akhir Pelarian Do Kwon: Bos Terraform Akui Bersalah Atas Penipuan Kripto US$40 Miliar
Sementara itu, dolar Australia turun 0,05% ke US$ 0,6526 dan dolar Selandia Baru melemah 0,03% ke US$ 0,5953, menyusul keputusan Reserve Bank of Australia memangkas suku bunga dan memberi sinyal pelonggaran lanjutan.