kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,87   5,12   0.57%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Xi Jinping: AIIB akan dorong infrastruktur di Asia


Minggu, 17 Januari 2016 / 22:14 WIB
Xi Jinping: AIIB akan dorong infrastruktur di Asia


Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Yudho Winarto

BEIJING. Asia Infrastructure Investment Bank (AIIB) didorong untuk meningkatkan investasi sektor infrastruktur di Asia. Dorongan ini dipercaya akan membantu perekonomian negara-negara di wilayah Asia dan sebagian negara di dunia. Demikian disampaikan Xi Jinping, Presiden China dalam peresmian AIIB.

AIIB merupakan bank pembangunan multilateral pertama di dunia yang berbasis di Beijing. Institusi ini akan bersaing sekaligus bekerja sama dengan World Bank yang berpusat di Washington dan Asian Development Bank.

Seperti dilansir Bloomberg, keberadaan AIIB sangat penting bagi Xi Jinping untuk mencapai visi China agar berkekuatan setara dengan Amerika Serikat yang notabene menentang pembentukan lembaga penyalur pembiayaan tersebut.

Bagi China, AIIB merupakan salah satu bentuk komitmennya untuk menaruh standar yang tinggi dalam pemerintahannya. Terutama, di tengah perlambatan perekonomian yang tengah dialami negeri ginseng tersebut.

"Menyiapkan bank pembangunan relatif mudah. Menjalankannya yang sulit," ujar David Loevinger, mantan spesialis China untuk US Treasury yang saat ini menjadi analis di manajer investasi TCW Group Inc di Los Angeles.

China, sambung Loevinger, berkomitmen untuk memegang standar tinggi dalam mengelola AIIB dengan mengedepankan prinsip tata kelola dan transparansi. "Mereka sudah bicara. Sekarang mereka harus berjalan. Peran China sebagai pemimpin global akan ditingkatkan," imbuh dia.

Pierre Gramegna, Menteri Keuangan Luksemburg menuturkan, China menunjukkan giginya dengan menghadirkan AIIB. China memainkan peran penuh sebagai anggota ekonomi internasional, serta membuktikan posisinya sebagai penyeimbang dunia.

Terbentuknya AIIB merupakan tonggak sejarah dalam reformasi sistem tata kelola ekonomi global. China sendiri, kata Xi Jinping, akan menyumbangkan US$ 50 juta untuk dana persiapan khusus yang akan dibentuk segera untuk proyek-proyek infastruktur di negara-negara anggota yang kurang berkembang.

Tujuan mulia

Sebelum AIIB, lembaga pinjaman multilateral terakhir adalah European Bank for Reconstruction and Development. Lembaga ini berdiri pada tahun 1991 silam dan ditujukan untuk membangun kembali negara bekas komunis di Eropa Timur setelah perang dingin.

Setali tiga uang, China pun memiliki tujuan serupa. AIIB dirancang untuk menghidupkan kembali hubungan komersial China di selatan dan Asia bagian tengah. Mereka akan bergabung dengan institusi yang sudah ada, seperti ADB, World Bank dan Inter-American Development Bank dalam menawarkan pembiayaan untuk negara-negara berkembang.

Orang nomor satu di China tersebut bertujuan untuk mendanai proyek-proyek yang akan membantu pembangunan di beberapa negara yang memiliki perkembangan paling cepat di dunia. Visi ini dapat menghasilkan manfaat yang sesuai dengan integrasi China dengan perekonomian global ketika bergabung dengan World Trade Organization di awal tahun 2000-an.

"AIIB akan menyalurkan lebih banyak sumber daya, terutama investasi sektor swasta dalam proyek infrastruktur di Asia. Ini akan membawa lingkungan investasi yang lebih baik dan kesempatan kerja lebih banyak, dan memicu kelas menengah yang lebih besar. Pada akhirnya, hal ini akan memberi dorongan untuk pertumbuhan ekonomi di Asia dan dunia yang lebih luas, " terang Xi Jinping.

Kekhawatiran investor

Indeks Harga Saham Gabungan Shanghai merosot 3,5% pada akhir pekan lalu atau jatuh lebih dari 20% sejak posisi tertingginya di Desember akhir tahun lalu. Penurunan indeks akhir pekan lalu dikarenakan kekhawatiran investor yang terus menerus atas yuan dan laporan beberapa bank berhenti menerima saham perusahaan kecil sebagai jaminan pinjaman.

Padahal, tahun lalu, ekonomi China tumbuh hampir 7%. Lapangan kerja diperluas, sehingga angka pengangguran berkurang. Tidak cuma itu, pemerintah bahkan melakukan penyesuaian struktural positif. Sektor konsumsi juga memberikan kontribusi positif hampir 60% dari pertumbuhan produk domestik bruto.

China merupakan negara ekonomi terbesar kedua di dunia. Namun, saat ini, China menempati urutan keenam di voting saham IMF setelah AS, Jepang, Jerman, Prancis dan Inggris. China disebut-sebut akan melompat ke posisi ketiga, sementara India akan naik ke urutan ke delapan dari posisi saat ini, yakni 8 dan Brasil naik empat tingkat ke posisi 8.

Loevinger mengungkapkan, AIIB memainkan peran konstruktif dalam memperkuat ekonomi global. Lembaga yang resmi didirikan pada 25 Desember 2015 ini memiliki 57 anggota, termasuk sekutu AS dan Inggris, serta Australia.

Jin Liqun yang memimpin AIIB sebelumnya bekerja di World Bank dan ADB atas nama China. Ia juga merupakan mantan anggota komite kebijakan moneter dan ketua pengawas Sovereign Wealth Fund China.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×