Sumber: Finbold News | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Bitcoin (BTC) terkoreksi tajam dari level tertinggi intraday setelah kabar serangan militer besar-besaran Israel ke ibu kota Suriah, Damaskus, mengguncang pasar global.
Sesaat setelah serangan udara tersebut diberitakan, harga Bitcoin langsung turun ke US$118.593, menandai reaksi cepat pasar terhadap meningkatnya risiko geopolitik di kawasan Timur Tengah.
Serangan yang disiarkan langsung oleh Al Jazeera tersebut menargetkan Kementerian Pertahanan Suriah di pusat Damaskus, dengan rekaman yang menunjukkan ledakan besar. Laporan resmi mengonfirmasi bahwa tiga pejabat tinggi militer Suriah tewas dalam serangan tersebut.
Aksi militer ini menjadi eskalasi signifikan dalam kampanye militer Israel di selatan Suriah, memperburuk ketegangan kawasan di tengah ketidakpastian global akibat perang tarif dan gejolak politik dunia.
Baca Juga: Kenapa Jumlah Bitcoin Terbatas Hanya 21 Juta Koin, Apakah bisa Dicetak Lagi?
Volume Perdagangan Bitcoin Anjlok 47% dalam 24 Jam
Di tengah gejolak tersebut, volume perdagangan harian Bitcoin tercatat hanya sebesar US$78,34 miliar — turun drastis sebesar 47,41%. Penurunan ini mencerminkan melemahnya keyakinan pelaku pasar, terutama investor institusional dan trader jangka pendek, setelah guncangan geopolitik yang tak terduga.
Meski demikian, kapitalisasi pasar Bitcoin tetap kokoh di angka US$2,35 triliun, dengan harga masih bertahan di bawah rekor tertinggi sepanjang masa. Koreksi tajam ini menjadi pengingat bahwa peran Bitcoin tidak lagi semata sebagai aset lindung nilai, tetapi juga semakin sensitif terhadap sentimen risiko global dan gejolak geopolitik.
Bitcoin: Dari Safe Haven ke Aset Sensitif Risiko?
Selama ini, Bitcoin sering dianggap sebagai safe haven atau lindung nilai terhadap pelemahan mata uang dan tekanan sistem keuangan tradisional. Namun, dengan meningkatnya aliran dana institusional dan keterkaitan yang makin erat dengan makroekonomi global, reaksi Bitcoin terhadap konflik seperti ini menjadi lebih kompleks.
Eskalasi di kawasan kaya energi seperti Timur Tengah dapat memicu ketidakpastian di pasar global, termasuk aset kripto, yang kini lebih terhubung dengan sentimen pasar luas dibandingkan masa lalu.
Baca Juga: Minat Publik Amerika Serikat Membeli Bitcoin Melonjak 76% dalam Satu Bulan Terakhir
Konsolidasi atau Awal Koreksi Lebih Dalam?
Para analis kini menyoroti apakah penurunan ini hanya respons sementara terhadap berita konflik atau merupakan sinyal awal dari fase konsolidasi lebih dalam setelah reli yang agresif sejak awal tahun. Hingga pertengahan Juli, Bitcoin masih mencatat kenaikan lebih dari 90% secara year-to-date, sehingga koreksi teknikal dinilai wajar.
Secara teknikal, level support utama yang kini menjadi perhatian berada di sekitar US$116.500. Jika tekanan berlanjut, zona permintaan berikutnya yang dianggap kuat berada di kisaran US$114.000 — yang juga merupakan area breakout pada akhir Juni lalu.