Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - BEIJING/WASHINGTON. Presiden China Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dilaporkan mengadakan pembicaraan melalui sambungan telepon pada Kamis (5/6), di tengah meningkatnya ketegangan antara dua ekonomi terbesar dunia terkait perang dagang dan sengketa mineral kritis.
Kabar ini disampaikan oleh kantor berita resmi China, Xinhua.
Menurut Xinhua, panggilan tersebut dilakukan atas permintaan Presiden Trump.
Namun, Xinhua tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai isi pembicaraan antara kedua kepala negara tersebut. Sementara itu, pihak Gedung Putih belum memberikan komentar resmi.
Baca Juga: Perundingan Tarif AS-China Agak Macet, Butuh Keterlibatan Trump dan Xi Jinping
Hubungan AS-China Kembali Memanas
Komunikasi langsung antara Xi dan Trump terjadi di tengah ketegangan yang kembali meningkat dalam beberapa pekan terakhir, terutama terkait ekspor mineral penting dan logam tanah jarang (rare earth) dari China yang sangat dibutuhkan oleh industri semikonduktor, otomotif, dan pertahanan global.
China pada April lalu memutuskan menangguhkan ekspor sejumlah mineral kritis dan magnet permanen, langkah yang dianggap sebagai upaya tekanan ekonomi terhadap AS dan mitra dagangnya.
Kebijakan ini telah mengganggu rantai pasok global dan meningkatkan kekhawatiran di kalangan pelaku industri.
AS menilai keputusan China sebagai bentuk leverage geopolitik yang dapat memberikan tekanan domestik kepada Presiden Trump, terutama jika pertumbuhan ekonomi melambat akibat terhambatnya produksi produk-produk teknologi tinggi berbasis mineral.
Baca Juga: Xi Jinping Siap Berbagi Tips Pengentasan Kemiskinan kepada Negara Anggota SCO
Kesepakatan Sementara 90 Hari Masih Rawan Gagal
Pada 12 Mei lalu, kedua negara menyepakati gencatan dagang selama 90 hari, termasuk penurunan sebagian tarif impor yang sebelumnya dikenakan secara timbal balik sejak Trump kembali menjabat pada Januari.
Meski kesepakatan tersebut mendorong reli di pasar saham global, banyak analis menilai truce ini rapuh dan tidak menyentuh persoalan struktural yang lebih dalam, seperti:
- Keluhan AS atas model ekonomi China yang didominasi BUMN,
- Sengketa seputar Taiwan,
- Perdagangan ilegal fentanyl, dan
- Akses pasar serta hak kekayaan intelektual.
Presiden Trump bahkan telah menuduh China melanggar kesepakatan dan menandatangani pembatasan baru terhadap pengiriman perangkat lunak desain chip ke China.
Beijing langsung menolak tuduhan tersebut dan mengancam akan mengambil langkah balasan.
Baca Juga: Xi Jinping: Tarif Trump Jadi Bumerang